Dibentangkan Segala Dosa
Oleh Abu Sawawa
Lagi Asyik saya sama kerjaan
tiba-tiba suara eyang itu datang lagi ke telinga saya.
“Jang nanti malam eyang akan berikan
sesuatu pada kamu persiapkan saja!”

Jam satu malam saya terbangun.
Ketika itu saya merasa ada makhluk yang tinggi besar menghimpit badan saya
hingga saya terbangun.
“Sudah waktunya kamu bangun,
tahajudlah!” Suara yang sudah tidak aneh lagi di telinga saya.
Biasanya kalau suara itu datang
kepada saya, saya selalu penasaran untuk menjawabnya. Tapi kali ini saya tidak
bicara karena apa yang disarankannya tidak salah. Dia suruh saya shalat
Tahajjud. Saya pergi ambil wudhu kemudian saya shalat.
Setelah selesai shalat saya
lanjutkan dengan wirid. Ketika Wiridan
tiba-tiba di depan saya seperti ada
layar besar diisi dengan gambar-gambar kelakuan hidup saya yang pernah saya
lakukan selama hidup. Mata saya melihat gambar sedangkan telinga saya mendengar
suara gaib memberikan komentar tentang apa-apa yang saya lihat.
Yang pertama saya melihat kelakuan
saya yang membuat saya tertawa. Kelakuan saya dari kecil sampai sekarang.
Setelah itu saya lihat kelakuan saya yang memalukan dosa-dosa dan aib
terbentang di depan saya. Di saat saya melihat kelakuan saya penuh dengan dosa
dan aib suara gaib terus memojokkan saya.
Dia terus memojokkan saya dengan dosa yang pernah saya lakukan. Situasi
ini membuat saya tidak bisa bicara apa-apa. Saya merasakan seolah semua mata
melihat saya dan memojokkan saya. Saya membayangkan ini terjadi di yaumil hisab
yang pastinya seisi dunia melihat saya. Keringat dingin keluar di sekujur tubuh
saya, hati saya gemeter hingga akhirnya saya menangis dan sujud di atas sajadah.
Untaian kata mohon ampun kepada Alloh mengalir begitu saja dari mulut saya.
Saya terus menangis merasa malu luar biasa dengan apa yang saya lihat. Dengan
dosa-dosa yang telah saya perbuat selama ini hidup saya.
“Jang kasep, sudah jangan terus
menangis semua orang tidak ada yang tidak punya dosa. Dosa tidak bisa hanya
ditangisi tapi dosa hanya bisa ditebus dengan tobat kepada Alloh SWT. Mohonalah
ampun kepada-Nya karena tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni Dia kecuali
menyekutukan Dia”
Suara Ghaib ini kedengaran suaranya
beda dengan biasanya. Suara ini seperti orang tua yang penuh wibawa dan
bijaksana. Terasa di kepala saya seperti ada tangan mengusap-ngusap penuh kasih
sayang.
“Sebenarnya eyang ini siapa?” Dan mengapapa
tahu segala perbuatan saya selama ini? dari mana eyang bisa mengetahuinya?”
Saya bertanya kepada dia karena saya
penasaran dengan apa yang terjadi saat ini. Selama ini saya tahu dan yakin yang
mengetahui apa yang saya perbuat hanyalah Alloh Saja dan malaikat yang
mempunyai tugas dari Alloh SWT untuk mencatat amal baik dan buruk manusia.
“Nanti juga kamu akan tahu dengan sendirinya, karena eyang yakin kamu
akan bisa mengetahuinya.”
Eyang ini menjawab penuh dengan
teka-teki.
“Kalau Eyang sudah mengetahui saya
banyak dosa, kenapa eyang terus berkeras hati mau memberikan ilmu kepada saya?”
Saya ingatkan kembali pada eyang ini
kalau-kalau dia salah memilih orang untuk memberikan ilmu yang selama ini dia
yakini bahwa ilmu itu merupakan takdir saya.
“Eyang tidak salah pilih. Eyang
yakin hanya kamulah yang mampu memiliki ilmu yang akan eyang berikan. Sekarang
kamu duduk menghadap ke kiblat kemudian bacalah surat Al fatihah dengan menahan
nafas. Tahan nafas sampai selesai bacaan surat tersebut.”
Saya kemudian duduk seperti apa yang
diperintahkan eyang. Saya tahan nafas dan mulailah membaca surat Al Fatihah.
Setelah tiga balikan saya lakukan terasa di badan saya seperti ada tenaga yang
mengalir dari mulai ujung kaki sampai ubun-ubun. Kadang-kadang terasa hangat
dan kadang-kadang terasa dingin.
Tiba-tiba perut saya seperti di
remas dan dipelintir Saya hentikan bacaan Al fatihah ini, tapi si eyang suruh
saya terus bacakan surat itu dan menahan rasa sakit yang ada di perut. Saya
teruskan membaca dan menahan rasa sakit diperut. Semakin lama perut saya terasa
semakin sakit. Perasaan isi perut seperti diremas diganti dengan rasa seperti
tusukan jarum kemudian terasa panas yang luar biasa. Tapi lama kelamaan rasa
sakit di perut menghilang dan saya rasakan anginyang sejuk meniup ke seluruh
badan saya. Entah angin datangnya darimana saya tidak pedulikan karena selama
ini saya sudah banyak mengalami keanehan-keanehan yang susah dijelaskan dengan
rasional.
Tiba-tiba saya merasakan mual mau
muntah saya langsung lari ke kamar kecil dan saya muntah. Bau air yang keluar
dari perut saya seperti bau ular. Bulu kuduk saya berdiri dan jantung saya
berdetak keras. Kenapa saya muntah yang dan mempunyai bau seperti ini.
Saya balik lagi ke tempat tadi dan
duduk lagi di sajadah. Baru saja berapa menit
duduk saya mau muntah lagi.
Akhirnya saya terus bolak-balik ke kamar
kecil untuk membuang kotoran yang keluar dari mulut saya. Akhirnya saya ambil
ember dan balik ke tempat tadi saya duduk. Saya terus buang muntahan kedalam
ember. Menjelang Subuh saya berhenti muntah dan saya lihat hampir seperempat
ember sudah diisi dengan air muntahan yang keluar dari mulut saya.
Saya bawa ember itu dan saya buang di kamar mandi. Setelah
itu saya ambil wudhu karena saat itu sudah terdengar suara adzan subuh.
Sejak kejadian itu saya jadi sering
memikirkan tentang bentangan dosa yang pernah saya lihat. Kadang-kadang saya
tidak sadar menangis sendiri.
Hari itu saya seperti biasa sedang
mengerjakan tugas saya menyelesaikan pekerjaan. Fikiran dan hati saya terus
bertanya tentang kejadian yang membuat saya malu luar biasa dan menangisi serta
menyesali perbuatan saya.
Tiba-tiba suara yang tidak asing
lagi di telinga saya datang menyapa saya. Ya, suara si Eyang.
“Jang, sebentar malam kita latihan
bersama di atas”
(besambung)