Perbuatan Makhluk
Ghaib atau Kehendak Alloh?
Oleh Abu Sawawa
Sesudah Shalat saya
titip pesan kepada Enjang bahwa hari ini
saya tidak bisa masuk kerja. Kemudian saya pergi ke jalan untuk cari
ojeg. Masih saya ingat perkataan suara
itu kalau saya berangkat pagi ini bukan
malam seperti yang dia perintahkan akan
banyak halangan di jalan. Penasaran saya mau buktikan perkataannya.
Keyakinan saya pada kekuasan Alloh SWT Alhamdulillah tidak
bisa dipengaruhi oleh suara-suara ghaib yang
dari tadi malam datang pada kehidupan saya. Dengan Bismillah saya naik
ojeg, saya sangat yakin musibah dan keselamatan hanya Alloh saja yang bisa
memutuskan.
Ojeg membawa saya ke
terminal bisa Cicaheum. Fikiran saya sudah ada di tempat tujuan, tiba-tiba ojeg
berhenti padahal saya masih setengah perjalanan belum sampai ke terminal. Yang bawa ojeg terus bawa motornya ke pinggir
jalan, kemudian dia lihat ban motornya
dan ternyata ban motor belakang yang kami naiki pecah.
“Aduh, maaf saya tidak bisa antar ade ke terminal soalnya
ban motor pecah.” Tukang ojeg minta maaf kepada saya.
“Sudah, tidak apa-apa kan ini semua bukan keinginan kita”.
Kasian juga tukang ojeg ini padahal baru turun cari muatan.
Kemudian saya berikan ongkosnya kepada dia. Dia menolak karena tugasnya antar saya belum selesai.
Tapi saya juga tidak enak dan kasian
melihat dia . Saya simpan saja ongkosnya di atas jok motor, lalu saya lanjutkan
perjalanan dengan ojeg yang lain.
Suara itu datang lagi, datang denga ejekannya kepada saya.
“Kamu, tidak nurut apa kata saya tadi malam, ya beginilah
jadinya.”
“Ini, kan pasti perbuatan kamu dengan sengaja kerjain saya. Keyakinan saya tetap tak ada yang bakal tahu
apa yang akan terjadi.”
Saya balas dengan nada kesal.
“Ya, terserah kamu saja, yang jelas kamu sekarang pergi ke
Garut akan banyak halangan. Lihat saja nanti.” Dia terus pengaruhi saya.
Meskipun salah satu perkataan dia terbukti, dia tidak bisa merubah pemahaman dan keyakinan saya. Dalam hati saya mohon
kepada Alloh SWT semoga Alloh SWT
memberikan kekuatan dan kesabaran.
Sampailah saya di terminal cicaheum.
Saya cari dulu makanan untuk mengisi perut yang belum terisi. Kebetulan ada orang yang jualan ulen
bakar, saya beli dua potong kemudian
saya naik bis. Saya harus mengunggu dulu
bis ini penuh baru bis bisa berangkat ke Garut.
Tak lama berselang bis
berangkat .
Baru saja mau berangkat
datang lagi suara ghaib itu.
“Jang, lihat saja apa yang akan terjadi di perjalanan ini!”
Suara itu datang penuh dengan ejekan.
“Kamu terus bicara begitu, kamu tidak malu Alloh dekat
dengan saya dekat juga dengan kamu.”
Setelah saya jawab suara itu tidak ada.
Dalam hati saya berharap mudah-mudahan saja dia pergi tidak
ganggu saya lagi.
Bis berjalan, saya sandarkan kepala saya ke jok bis. Saya
pejamkan mata coba tidur agar di perjalanan tidak terasa.
“Takan, saya biarkan diperjalan ini kamu bisa tidur jang.!”
Suara itu datang lagi dan saya biarkan saja dia ngomong
sendiri dan ejek saya. Baru saja mau tidur saya dengar ada keributan. Saya buka mata,
dan saya lihat di tengah bis ada
seseorang yang sudah berlumuran darah
habis dipukuli penumpang bis. Ternyata ada yang mencoba mau ambil dompet
salah seorang penumpang bis yang berdiri. Dan dia tidak bernasib mujur, rupanya
pas mau ambil keburu ketahuan akhirnya habis dipukuli penumpang bis.
Saya berfikir dalam hati “apa ini salah satu gangguan yang selalu diucapkan suara itu?”.
Kedengaran suara itu mentertawakann saya. Saya tak ambil
pusing dan kembali ke tempat tadi saya duduk.
Saya lihat jam tangan sudah jam 6 pagi, saya perkiran
insya Alloh sampai di Garut sekitar jam
8.00 telatnya jam 8.30. Kemudian saya paksakan untuk tidur saya tidak pedulikan
lagi mau ada gangguang apa lagi yang akan datang, apapun yang terjadi saya
harus sampai ke Garut dan bertemu dengan mang Toto.
“Jang, meskipun kamu bisa tidur kamu tidak akan cepat sampai
ke Garut. Saya pastikan kamu bisa sampai di Garut malam”.
Suara itu memberikan kepastian waktu kedatangan
saya ke Garut.
“Kamu kurang ajar, siapapun kamu memnag kurang ajar. Kamu sudah mendahului
apa yang akan diputuskan Alloh untuk saya. Lebih baik kamu pergi saja jangan ganggu
saya. Biarkanlah saya menyelesaikan masalah saya sendiri.”
Saya jawab dia dengan sebuah penegasan tentang
keyakinan dan sikap hidup saya.
Suara itu hilang dan Alhamdulillah saya bisa tidur. Tapi
meskipun saya tidur, saya merasa terus terjaga dan berjalan menemui orang-orang
yang belum saya kenal. Tetapi mereka seperti tahu siapa saya.
Saya terbangun ketika
kondektur berteriak, lalu saya bangun mau turun. Tapi aneh kenapa
kondektur berteriak.
“Cicaheum habis,…!
Cicaheum habis…!”
Harusnya Garut bukan Cicaheum. Saya lihat ke luar
memang bis ini baru masuk terminal
Cicaheum. Saya usap mata saya muka saya
berkali-kali memang ini baru masuk di Cacaheum, saya lihat jam tangan jam 01.30.
Akhirnya saya memutuskan untuk tidak
turun dan tetap duduk dikursi yang sejak
tadi saya duduki. Tekada semakib kuat
tetap saya jarus pergi ke Garut menyelesaikan masalah ini.
Tak lama kemudian bis sudah penuh dan akhirnya berangkatlah. Kali ini saya tidak
akan tidur saya harus terjaga sampai di Garut. Saya terus memikirkan kejadian
ini, bus ini sudah balik lagi ke
Cicaheum. Berarti tafi di Terminal Garut saya masih tidur. Tapi kenapa
Kondektur tidak kasih bangun saya dan mengapa sampai sekarang juga dia tidak
minta ongkos kepada saya.
Sekarang kondektur sedang tagih ongkos dari depan dan sebentar
lagi dia akan sampai di depan saya. Kondektur itu sampai di depan saya
orang yang duduk di kanan kiri saya mereka dimintai ongkosnya , tetapi saya
tidak diminta bahkan kondektur itu seperti tidak melihat saya.
Kalau begini kejadiannya berarti sejak perjalanan saya dari
Bandung ke Garut, kemudian balik lagi ke Bandung lalu sekarang balik lagi ke
Garut kondektur tidak lihat saya.
“Apa ,Iaya?”
“Apa semua orang tidak bisa lihat saya?”
“Apa saya benar-benar naik bis?”
“Wallahu’alam semua terjadi begitu saja.”
Jam 4 lebih saya
sampai di terminal Garut kemudian saya cari masjid untuk shalat Jama Takhir.
Setelah selesai sholat buru-buru saya naik angkot (Angkutan Kota). Kebetulan ada angkot yang sudah siap
berangkat. Pas saya naik angkot langsung berangkat.
Di sepanjang jalan saya terus berfikir tentang kejadian tadi. Saya tidak
perhatikan orang yang turun atau naik ke angkot ini. Entah berapa kali
angkot yang saya naiki ini berhenti
menurunkan dan menaikkan penumpang.
“Tiba-tiba kendek bertanya kepada saya . “A, mau berangkat
kemana?” A (Aa, panggilan orang sunda kepada lelaki yang lebih tua atau
dituakan atau dihormati) Kendek itu bertanya kepada saya.
“Mau ke Lawang Biru, A?” saya jawab sambil berikan ongkos
kepada dia.
“Wah, salah naik angkot atuh Aa. Harusnya naik yang ke
Sukawening kalau angkot ini jurusan ke Bagendit Leuwi Goong.”! Si kendek
beritahu saya bahwa saya salah naik angkot.
“Astagfirulahal adzim.!”
Saya baru sadar bahwa saya salah naik angkot. Padahal saya
sudah tahu kalau ke tempat mang Toto itu naik angkot 07 warna merah. Akirnya saya turun dan dan naik lagi angkot balik lagi ke
terminal Garut. Sampai di terminal sekitar sudah lewat magrib, kemudian saya
cari angkot 07, karena takut salah lagi saya langsung ke tempat angkot 07 mencari muatan.
Sampai di sana sudah ada angkot yang mau jalan tunggu 3 orang lagi baru bisa
berangkat. Sebelum masuk saya perhatikan warna mobil itu dan nomornya 07.
Angkot ini memang benar, angkot yang akan antar saya ake tempat tujuan. Karena
masih penasaran saya tanyakan juga
kepada kendek tentang jurusan angkot ini. Saya anggap sudah jelas, maka saya
naik ke angkot ini.
Sekitar 10 menit saya tunggu, maka jalanlah angkot itu. Saya
berdoa semoga perjalanan ini diberikan
kelancaran. Sekitar habis isya saya turun dari angkot kemudian
cari ojeg. Untuk sampai ke rumah mang Toto ini saya harus naik ojeg dulu kalau
tidak jalan kaki.
Tak lama di perjalanan
sekitar 10 menit sampailah saya di gang yang masuk ke rumah mang Toto.
Turun dari Ojeg langsung saya ke rumah mang Toto. Sampailah di depan rumahnya
kemudian saya salam.
“wa’alaikum Salam!”
Terdengar dari dalam rumah yang membalas ucapan salam saya. Rupanya
di rumah mang Toto ini banyak tamu, yang
menjawab salam kedengarannya banyak.
Pintu terbuka dan keluarlah seseorang dengan
memakai sarung lengkap dengan kopeah. Saya kenal dia, dia orang
limbangan yang katanya murid pertamanya mang Toto, namanya Maman.
“Ohh Ugy,… Silakan masuk!”
Maman menyapa saya sambil tersenyum menyuruh saya untuk masuk.
Maman menyapa saya sambil tersenyum menyuruh saya untuk masuk.
“Iya, kang Maman”
Kemudian saya masuk,
di dalam ternyata orang limbangan semua sekitar 7 orang. Sepertinya mereka baru
selesai melaksanakan shalat Isya. Sedangkan mang Toto belum ada di sana kata
mereka masih wiridan di kamarnya.
Saya duduk menunggu keluarnya mang Toto. Perut saya terasa lapar, saya baru
ingat tadi pagi saya beli bakar ulen ketan, tapi perasaan belum saya makan.
Saya buka saku jaket saya ternyata ulen
ketan itu masih utuh di dalam saku
jaket.
Saya ucapkan istigfar, kemudian saya tidak lihat siapa saja yang
ada di ruangan itu, saya langsung makan saja dua potong ulen itu. Sesudah habis
kemudian saya ambil air yang sejak tadi sudah disimpan di depan saya oleh salah
seorang murid mang Toto.
Habis minum saya lihat ke sekeliling saya mereka semua memandangi saya. Mungkin mereka heran dengan
kelakuan saya. Saya tidak banya k bicara ambil sebatang Marlboro kemudian saya
bakar dan sayab isap.
Saya tunggu mang Toto belum keluar juga. Jam tanganku sudah menunjukkan jam 8 malam.
Tiba-tiba kepala saya bergoyang lagi yang sejak di perjalanan tadi sudah
berhenti. Kali ini saya biarkan kemanapun dia bergoyang saya biarkan saja. Saya
berfikir kejadian apa saja kalau di tempat orang yang memberikan ilmunya akan
saya perlihatkan, dengan harapan mang Toto bisa segera mengobatinya atau
menormalkan kembali.
Sudah lama saya menunggu tapi mang Toto belum juga keluar.
Suara ghaib yang sempat hilang di perjalanan tadi,
datang lagi bersamaan dengan kepala saya
yang selalu bergoyang.
“Jang, bagaimana bukti kan,
apa yang saya katakan? Kalau jalan pagi bukan malam pasti banyak
rintangan.” Ha…ha..ha!
Suara itu baru saja
datang sudah mentertawakan saya.
“Hai, siapapun kamu. Hari ini kamu menang bisa membuktikan.
Kalau kamu lebih jagoan jangan bersembunyi, keluarlaj saya mau tahu bagaimana
sebenarnya rupa kamu.”
Saya tantang dia, suara yang saya keluarkan sengaja dikeraskan
sehingga orang yang ada di dalam rumah juga bengong melihat saya ngomong sendiri kayak orang
gila.
Ha…ha…ha…! Dia tertawa malah semakin keras.
Langsung saja saya panggil mang Toto, yang katanya sedang
wiridan di dalam. Saya langsung panggil namanya saja. Karena saya yakin kalau
dia yang memberinya pasti tahu apa yang sedang saya alami sekarang. Meskipun
saya panggil dengan sebutan yang tidak hormat pasti di faham.
“Toto….keluar ! Toto dua mau bertemu sama kamu.” Sambil
berdiri saya panggil dia.
Yang hadir di sana ribut mungkin mereka menganggap saya
kerasukan. Kelihatan semua berjaga-jaga mungkin takut saya mengamuk. Semua yang hadir di sana komat-kamit baca-baca do’a. dalam hati saya ketawa “berdoalah yang
banyak mudah-mudahan yang mengganggu
saya lari. Takut dengan doa-doa kalian semua”
Saya terus berteriak menyuruh mang Toto keluar dari
kamarnya. Akhrnya keluarlah mang Toto dari kamarnya masih memakai sarung dan di
tangan kanannya memegang tasbih.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar