Header Banner JagoanStore

Jumat, 20 Juli 2012

Kisah Nyata Abu Sawawa Bagian ke-7 (Revisi)

Perbuatan  Makhluk Ghaib atau Kehendak Alloh?
Oleh Abu Sawawa
Sesudah Shalat  saya titip pesan kepada Enjang  bahwa hari ini saya  tidak bisa masuk kerja.  Kemudian saya pergi ke jalan untuk cari ojeg.  Masih saya ingat perkataan suara itu kalau saya berangkat  pagi ini bukan malam seperti yang dia perintahkan  akan banyak halangan di jalan. Penasaran saya mau buktikan perkataannya.
 Keyakinan saya pada kekuasan Alloh SWT Alhamdulillah tidak bisa dipengaruhi oleh suara-suara ghaib yang  dari tadi malam datang pada kehidupan saya. Dengan Bismillah saya naik ojeg, saya sangat yakin musibah dan keselamatan hanya Alloh saja yang bisa memutuskan.
Ojeg   membawa saya ke terminal bisa Cicaheum. Fikiran saya sudah ada di tempat tujuan, tiba-tiba ojeg berhenti padahal saya masih setengah perjalanan belum sampai ke terminal.  Yang bawa ojeg terus bawa motornya ke pinggir jalan, kemudian  dia lihat ban motornya dan ternyata ban motor belakang yang kami naiki pecah.
“Aduh, maaf saya tidak bisa antar ade ke terminal soalnya ban motor pecah.” Tukang ojeg minta maaf kepada saya.
“Sudah, tidak apa-apa kan ini semua bukan keinginan kita”.
Kasian juga tukang ojeg ini padahal baru turun cari muatan. Kemudian saya berikan ongkosnya kepada dia. Dia menolak  karena tugasnya antar saya belum selesai. Tapi saya juga tidak enak  dan kasian melihat dia . Saya simpan saja ongkosnya di atas jok motor, lalu saya lanjutkan perjalanan dengan ojeg yang lain.
Suara itu datang lagi, datang denga ejekannya kepada saya.
“Kamu, tidak nurut apa kata saya tadi malam, ya beginilah jadinya.”
“Ini, kan pasti perbuatan kamu dengan sengaja kerjain saya.  Keyakinan saya tetap tak ada yang bakal tahu apa yang akan terjadi.”
Saya balas dengan nada kesal.
“Ya, terserah kamu saja, yang jelas kamu sekarang pergi ke Garut akan banyak halangan. Lihat saja nanti.” Dia terus pengaruhi saya.
Meskipun salah satu perkataan dia terbukti,  dia tidak bisa merubah pemahaman  dan keyakinan saya. Dalam hati saya mohon kepada  Alloh SWT semoga Alloh SWT memberikan  kekuatan dan kesabaran.
Sampailah saya di terminal cicaheum.
Saya cari dulu makanan untuk mengisi perut yang belum  terisi. Kebetulan ada orang yang jualan ulen bakar, saya beli dua potong  kemudian saya naik bis. Saya harus mengunggu  dulu bis ini penuh baru bis bisa berangkat ke Garut.
Tak lama berselang bis  berangkat .
Baru saja mau berangkat  datang lagi suara ghaib itu.
“Jang, lihat saja apa yang akan terjadi di perjalanan ini!” Suara itu datang penuh dengan ejekan.
“Kamu terus bicara begitu, kamu tidak malu Alloh dekat dengan saya dekat juga dengan kamu.”
Setelah saya jawab suara itu tidak ada.
Dalam hati saya berharap mudah-mudahan saja dia pergi tidak ganggu saya lagi.
Bis berjalan, saya sandarkan kepala saya ke jok bis. Saya pejamkan mata coba tidur agar di perjalanan tidak terasa.
“Takan, saya biarkan diperjalan ini kamu bisa tidur jang.!”
Suara itu datang lagi dan saya biarkan saja dia  ngomong  sendiri dan ejek saya. Baru saja mau tidur  saya dengar ada keributan. Saya buka mata, dan saya lihat di tengah  bis ada seseorang yang sudah berlumuran darah  habis dipukuli penumpang bis. Ternyata ada yang mencoba mau ambil dompet salah seorang penumpang bis yang berdiri. Dan dia tidak bernasib mujur, rupanya pas mau ambil keburu ketahuan akhirnya habis dipukuli penumpang bis.
Saya berfikir dalam hati “apa ini salah satu gangguan  yang selalu diucapkan suara itu?”.
Kedengaran suara itu mentertawakann saya. Saya tak ambil pusing dan kembali ke tempat tadi saya duduk.
Saya lihat jam tangan sudah jam 6 pagi,  saya perkiran  insya Alloh sampai di Garut sekitar jam  8.00 telatnya jam 8.30. Kemudian saya paksakan untuk tidur saya tidak pedulikan lagi mau ada gangguang apa lagi yang akan datang, apapun yang terjadi saya harus sampai ke Garut dan bertemu dengan mang Toto.
“Jang, meskipun kamu bisa tidur kamu tidak akan cepat sampai ke Garut. Saya pastikan kamu bisa sampai di Garut malam”.
Suara itu memberikan kepastian waktu  kedatangan  saya ke Garut.
“Kamu kurang ajar, siapapun  kamu memnag kurang ajar. Kamu sudah mendahului apa yang akan diputuskan Alloh untuk saya. Lebih baik kamu pergi saja jangan ganggu saya. Biarkanlah saya menyelesaikan masalah saya sendiri.”
Saya jawab dia dengan sebuah penegasan tentang keyakinan  dan sikap hidup saya.
Suara itu hilang dan Alhamdulillah saya bisa tidur. Tapi meskipun saya tidur, saya merasa terus terjaga dan berjalan menemui orang-orang yang belum saya kenal. Tetapi mereka seperti tahu siapa saya.
Saya terbangun  ketika kondektur berteriak, lalu saya bangun mau turun. Tapi aneh kenapa kondektur  berteriak.
“Cicaheum  habis,…! Cicaheum habis…!”
Harusnya Garut bukan Cicaheum. Saya lihat ke luar memang  bis ini baru masuk terminal Cicaheum. Saya  usap mata saya muka saya berkali-kali memang ini baru masuk di Cacaheum, saya lihat jam tangan jam 01.30.  Akhirnya saya memutuskan untuk tidak turun  dan tetap duduk dikursi yang sejak tadi saya duduki.  Tekada semakib kuat tetap saya jarus pergi ke Garut menyelesaikan masalah ini.
Tak lama kemudian bis sudah penuh dan  akhirnya berangkatlah. Kali ini saya tidak akan tidur saya harus terjaga sampai di Garut. Saya terus memikirkan kejadian ini,  bus ini sudah balik lagi ke Cicaheum. Berarti tafi di Terminal Garut saya masih tidur. Tapi kenapa Kondektur tidak kasih bangun saya dan mengapa sampai sekarang juga dia tidak minta ongkos kepada saya.
Sekarang kondektur sedang tagih ongkos dari depan  dan sebentar  lagi dia akan sampai di depan saya. Kondektur itu sampai di depan saya orang yang duduk di kanan kiri saya mereka dimintai ongkosnya , tetapi saya tidak diminta bahkan kondektur itu seperti tidak melihat saya.
Kalau begini kejadiannya berarti sejak perjalanan saya dari Bandung ke Garut, kemudian balik lagi ke Bandung lalu sekarang balik lagi ke Garut kondektur tidak lihat saya.
“Apa ,Iaya?”
“Apa semua orang tidak bisa lihat saya?”
“Apa saya benar-benar naik bis?”
“Wallahu’alam semua terjadi begitu saja.”
Jam  4 lebih saya sampai di terminal Garut kemudian saya cari masjid untuk shalat Jama Takhir. Setelah selesai sholat buru-buru saya naik angkot  (Angkutan Kota).  Kebetulan ada angkot yang sudah siap berangkat. Pas saya naik angkot langsung berangkat.
Di sepanjang jalan saya terus  berfikir tentang kejadian tadi. Saya tidak perhatikan orang yang turun atau naik ke angkot ini. Entah berapa kali angkot  yang saya naiki ini berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang.
“Tiba-tiba kendek bertanya kepada saya . “A, mau berangkat kemana?” A (Aa, panggilan orang sunda kepada lelaki yang lebih tua atau dituakan atau dihormati) Kendek itu bertanya kepada saya.
“Mau ke Lawang Biru, A?” saya jawab sambil berikan ongkos kepada dia.
“Wah, salah naik angkot atuh Aa. Harusnya naik yang ke Sukawening kalau angkot ini jurusan ke Bagendit Leuwi Goong.”! Si kendek beritahu saya bahwa saya salah naik angkot.
“Astagfirulahal adzim.!”
Saya baru sadar bahwa saya salah naik angkot. Padahal saya sudah tahu kalau ke tempat mang Toto itu naik  angkot 07 warna merah. Akirnya saya  turun dan dan naik lagi angkot balik lagi ke terminal Garut. Sampai di terminal sekitar sudah lewat magrib, kemudian saya cari angkot 07, karena takut salah lagi saya langsung ke tempat  angkot 07 mencari muatan.
Sampai di sana sudah ada angkot yang  mau jalan tunggu 3 orang lagi baru bisa berangkat. Sebelum masuk saya perhatikan warna mobil itu dan nomornya 07. Angkot ini memang benar, angkot yang akan antar saya ake tempat tujuan. Karena masih penasaran saya  tanyakan juga kepada kendek tentang jurusan angkot ini. Saya anggap sudah jelas, maka saya naik ke angkot ini.
Sekitar 10 menit saya tunggu, maka jalanlah angkot itu. Saya berdoa  semoga perjalanan ini diberikan kelancaran.  Sekitar  habis isya saya turun dari angkot kemudian cari ojeg. Untuk sampai ke rumah mang Toto ini saya harus naik ojeg dulu kalau tidak jalan kaki.
Tak lama di perjalanan  sekitar 10 menit sampailah saya di gang yang masuk ke rumah mang Toto. Turun dari Ojeg langsung saya ke rumah mang Toto. Sampailah di depan rumahnya kemudian saya salam.
“wa’alaikum Salam!”
Terdengar dari dalam rumah yang membalas ucapan salam saya. Rupanya di rumah mang Toto ini banyak tamu,  yang menjawab salam  kedengarannya banyak. Pintu terbuka dan keluarlah seseorang dengan  memakai sarung lengkap dengan kopeah. Saya kenal dia, dia orang limbangan yang katanya murid pertamanya mang Toto, namanya Maman.
“Ohh Ugy,… Silakan masuk!”
Maman menyapa saya sambil tersenyum menyuruh saya untuk masuk.
“Iya, kang Maman”
Kemudian saya masuk,  di dalam ternyata  orang limbangan  semua sekitar 7 orang. Sepertinya mereka baru selesai melaksanakan shalat Isya.  Sedangkan mang Toto belum ada di sana kata mereka masih wiridan di kamarnya.
Saya duduk menunggu keluarnya  mang Toto. Perut saya terasa lapar, saya baru ingat tadi pagi saya beli bakar ulen ketan, tapi perasaan belum saya makan. Saya buka saku jaket saya ternyata  ulen ketan itu  masih utuh di dalam saku jaket.
Saya ucapkan istigfar, kemudian saya tidak lihat siapa saja yang ada di ruangan itu, saya langsung makan saja dua potong ulen itu. Sesudah habis kemudian saya ambil air yang sejak tadi sudah disimpan di depan saya oleh salah seorang murid  mang Toto.
Habis minum saya lihat ke sekeliling saya mereka semua  memandangi saya. Mungkin mereka heran dengan kelakuan saya. Saya tidak banya k bicara ambil sebatang Marlboro kemudian saya bakar dan sayab isap.
Saya tunggu mang Toto belum keluar juga.  Jam tanganku sudah menunjukkan jam 8 malam. Tiba-tiba kepala saya bergoyang lagi yang sejak di perjalanan tadi sudah berhenti. Kali ini saya biarkan kemanapun dia bergoyang saya biarkan saja. Saya berfikir kejadian apa saja kalau di tempat orang yang memberikan ilmunya akan saya perlihatkan, dengan harapan mang Toto bisa segera mengobatinya atau menormalkan kembali.
Sudah lama saya menunggu tapi mang Toto belum juga keluar.
Suara ghaib yang sempat hilang di perjalanan tadi, datang  lagi bersamaan dengan kepala saya yang selalu bergoyang.
“Jang, bagaimana bukti kan,  apa yang saya katakan? Kalau jalan pagi bukan malam pasti banyak rintangan.” Ha…ha..ha!
Suara  itu baru saja datang sudah mentertawakan saya.
“Hai, siapapun kamu. Hari ini kamu menang bisa membuktikan. Kalau kamu lebih jagoan jangan bersembunyi, keluarlaj saya mau tahu bagaimana sebenarnya rupa kamu.”
Saya tantang dia, suara yang saya keluarkan sengaja dikeraskan  sehingga orang  yang ada di dalam rumah juga bengong  melihat saya ngomong sendiri kayak orang gila.
Ha…ha…ha…! Dia tertawa malah semakin keras.
Langsung saja saya panggil mang Toto, yang katanya sedang wiridan di dalam. Saya langsung panggil namanya saja. Karena saya yakin kalau dia yang memberinya pasti tahu apa yang sedang saya alami sekarang. Meskipun saya panggil dengan sebutan yang tidak hormat pasti di faham.
“Toto….keluar ! Toto dua mau bertemu sama kamu.” Sambil berdiri saya panggil dia.
Yang hadir di sana ribut mungkin mereka menganggap saya kerasukan.  Kelihatan semua berjaga-jaga  mungkin takut saya mengamuk. Semua  yang hadir di sana komat-kamit baca-baca do’a.  dalam hati saya ketawa “berdoalah yang banyak  mudah-mudahan yang mengganggu saya lari. Takut dengan doa-doa kalian semua”

Saya terus berteriak menyuruh mang Toto keluar dari kamarnya. Akhrnya keluarlah mang Toto dari kamarnya masih memakai sarung dan di tangan kanannya memegang tasbih.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar