Header Banner JagoanStore

Jumat, 13 Juli 2012

PERSIB Kalah Sama PERSIBA Balikpapan Temanku Hampir Mati


PERSIB Kalah Sama PERSIBA  Temanku Hampir Mati
Oleh Abu SAwawa

Saya dan teman saya sedang merantau di kepulauan Flores  Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di kota Ende. Kota ini merupakan salah satu saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dimana kita telah mengetahui bahwa kota Ende pernah menjadi tempat pengasingan presiden pertama Soekarno. Beliau  ketika itu diasingkan oleh penjajah bangsa Indenesia,  Belanda.
Sore itu ada pertandingan sepak bola antara PERSIB dan PERSIBA Balikpapan yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun TV Swasta. Karena PERSIB merupakan klub favorit kami, meskipun kami ada di perantauan kami selalu memaksakan diri untuk nonton  Nonton di rumah tetangga yang lumayan cukup jauh dari tempat kost kami bukanlah suatu masalah bagi kami.
Kebetulan tetangga saya yang  di Flores ini menyukai PERSIB juga. Jadi kalau ada pertandingan PERSIB mereka selalu menontonya.  Pada waktu keduduka n skore 2-2 teman saya masih bisa bercanda dengan teman  yang lainnya , yang menjagokan PERSIBA.  Ketika itu  babak kedua tinggal sedikit lagi teman saya sangat mengharapkan PERSIB bisa cetak gol yang ketiga untuk menundukan Lawannya. Tetapi keinginan tinggal keinginan ternyata malah terbalik lawan yang  duluan menjebol gawang PERSIB. 
Kedudukan 2-3 untuk PERSIBA sedangkan waktu hanya menit tambahan yang tersisia. Teman saya kelihatan tegang , mungkin dia sangat menginginkan sekali PERSIB menang atau paling tidak DRAW. Ternyata sampai peluit panjang kedudukan tidak berubah .
Saya langsung ke luar dengan menelan kekecewaan atas kekalahan PERSIB ini. Saya tidak langsung pulang, tapi duduk dulu di depan teras rumah sambil tunggu teman saya keluar. Tapi teman saya tidak keluar-keluar,  malah yang keluar ibu yang punya rumah dengan muka seperti  shok.
“Aa, itu teman di dalam tidak bisa bangun!” Dia berkata pada saya.
Saya langsung berdiri, setengah kaget. “Kenapa, bu?”
“Saya tidak tahu, dia tidak bisa bangun dan muka seperti tidak ada darah. Dia terus pegang dada sebelah kanan”.    
Kemudian si ibu masuk lagi ke dalam rumah, saya pun lari mengikutinya. Di dalam teman saya tergeletak dan duduk disampinya anaknya si ibu sambil memegangi tangan teman saya.  Saya hampiri dia dan saya bertanya.
“Kenapa tus?”
“Dada sakit, A.!” dia menjawab hampir tidak kedengaran suaranya.  
Saya perhatikan mukanya memang kelihatan mukanya seperti tidak ada darah lagi. Kemudian saya pegang tangannya dan saya pijit daerah refeksi di tangannya. Ketika saya pijat di sela ibu jari dan telunjuk dia berteriak. Saya teruskan memijitnya dia berteriak lagi.
“Bagaimana sekarang  dada rasanya?”
“Agak sedikit ringan, A? dia menjawab.
Kemudian saya minta air putih pada yang punya rumah, dan  air yang di dalam gelas itu saya berikan doa  sebisanya   kemudian  diminumkan kepada Atus, teman saya ini.  Setelah  meminumnya  alhamdulilah ada perubahan,  mukanya mulai berwarna lagi tapi dia belum bisa bangun.  Sambil menunggu dia bisa bangun saya keluar dulu, apalagi di dalam udara terasa panas, mungkin pengaruh banyak orang yang ada di ruangan itu saya keluar dan duduk di teras.
Beberapa saat kemudian ribut lagi di dalam, katanya temann saya kumat lagi. Saya lari ke dalam dan kelihatan dia  memegang dada sebelah kanan kali ini seperti lebih parah lagi.  Saya duduk di sampinganya sambil memegang tangan yang tadi saya pijit. Saya perhatikan teman saya ini beda seperti biasanya , dia seperti kehilangan kesadaran. Seperti  ada pengaruh lain selain peyakitnya  tadi.   Matannya merah, nafasnya seperti mau habis. Seperti orang yang sedang mengalami akhir-akhir hidupnya. Saya jadi panik juga menyaksikan kejadian seperti ini.
Tak berselang lama datanglah ustad, ketika kejadian itu rupanya anak yang punya rumah langsung memanggil ustad,  karena mereka khawatir teman saya diganggu suanggi(hantu). Suanggi adalah sejenis hantu yang kalau dijiwa teluh atau santet.
Kemudian Ustad  itu meminta bawang merah denga minyak. Ustad ini memang sudah biasa mengurusi orang yang diganggu suanggi.  Kemudian bawang merah yang sudah diiris tipis dan ducamput dengan minyak dibalurkan ke sekujur tubuh teman saya termasuk di kepalanya.
Cukup lama kami menunggu teman saya pulih lagi fikirannya. Mungkin sekitar 2 jam dia baru sadar.  Dia bisa duduk dan bersandar di tembok.
“Alhamdulilah….!” Kami semua mengucapkan syukur karena teman saya sudah bisa sadar lagi. Dia sekarang sudah mengenali siapa saja yang ada di ruangan itu. Legalah perasaan saya, saya berfikir kalau tidak bisa ditolong akan lebih ribet lagi sementara kami sedang jauh dari keluarga.
Kegembiraan kami dikejutkan lagi dengan keributan di luar.  Tetangga rumah dimana kami berkumpul katanya kesurupan kena suanggi. Ustad kemudian keluar dan menuju rumah tetangga yang kesusupan. Begitu juga sebagian besar yang hadir di sini keluar menuju rumah yang kesurupan itu. Cuma saya dan teman saya ditambah ibu yang punya rumah yang tidak ikut pergi.
Kemudian saya dan teman saya pamit kepada tuan rumah dan minta maaf atas apa yang telah terjadi.
“Besok-besok kalau ada persib main lagi jangan nonton di sini lagi, ya. Saya khawatir persib kalah lagi aa  mati di sini.”
Ibu yang punya rumah berkata sambil bercanda kepada teman saya, yang masih kelihatan letih. Kami  hanya tersenyum karena tau Ibu ini hanya bergurau sambil  menggoda teman saya.
Akhirnya kami  pulang ke kamar kontrakan  kami, sedangkan ustadz yang  tadi mengobati sibuk lagi urus yang kesurupan.
Sungguh Pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Selama menonton pertandingan persib baru kali ini saya merasa ketakutan yang luar biasa. Takut teman saya meninggal di perantauan. Alhamdulilah Alloh SWT masih memberikan umur pada teman saya ini.
Flores menjadi saksi sejarah seorang suporter PERSIB  hampir meninggal gara-gara PERSIB kalah lawan PERSIBA BALIKPAPAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar