PERSIB Kalah Sama PERSIBA
Temanku Hampir Mati
Oleh Abu SAwawa
Saya dan teman saya sedang merantau di kepulauan Flores Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di kota
Ende. Kota ini merupakan salah satu saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Dimana kita telah mengetahui bahwa kota Ende pernah menjadi tempat pengasingan
presiden pertama Soekarno. Beliau ketika
itu diasingkan oleh penjajah bangsa Indenesia, Belanda.
Sore itu ada pertandingan sepak bola antara PERSIB dan
PERSIBA Balikpapan yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun TV Swasta.
Karena PERSIB merupakan klub favorit kami, meskipun kami ada di perantauan kami
selalu memaksakan diri untuk nonton Nonton
di rumah tetangga yang lumayan cukup jauh dari tempat kost kami bukanlah suatu
masalah bagi kami.
Kebetulan tetangga saya yang
di Flores ini menyukai PERSIB juga. Jadi kalau ada pertandingan PERSIB
mereka selalu menontonya. Pada waktu
keduduka n skore 2-2 teman saya masih bisa bercanda dengan teman yang lainnya , yang menjagokan PERSIBA. Ketika itu
babak kedua tinggal sedikit lagi teman saya sangat mengharapkan PERSIB
bisa cetak gol yang ketiga untuk menundukan Lawannya. Tetapi keinginan tinggal
keinginan ternyata malah terbalik lawan yang duluan menjebol gawang PERSIB.
Kedudukan 2-3 untuk PERSIBA sedangkan waktu hanya menit
tambahan yang tersisia. Teman saya kelihatan tegang , mungkin dia sangat
menginginkan sekali PERSIB menang atau paling tidak DRAW. Ternyata sampai
peluit panjang kedudukan tidak berubah .
Saya langsung ke luar dengan menelan kekecewaan atas kekalahan
PERSIB ini. Saya tidak langsung pulang, tapi duduk dulu di depan teras rumah
sambil tunggu teman saya keluar. Tapi teman saya tidak keluar-keluar, malah yang keluar ibu yang punya rumah dengan
muka seperti shok.
“Aa, itu teman di dalam tidak bisa bangun!” Dia berkata pada
saya.
Saya langsung berdiri, setengah kaget. “Kenapa, bu?”
“Saya tidak tahu, dia tidak bisa bangun dan muka seperti
tidak ada darah. Dia terus pegang dada sebelah kanan”.
Kemudian si ibu masuk lagi ke dalam rumah, saya pun lari
mengikutinya. Di dalam teman saya tergeletak dan duduk disampinya anaknya si
ibu sambil memegangi tangan teman saya.
Saya hampiri dia dan saya bertanya.
“Kenapa tus?”
“Dada sakit, A.!” dia menjawab hampir tidak kedengaran
suaranya.
Saya perhatikan mukanya memang kelihatan mukanya seperti
tidak ada darah lagi. Kemudian saya pegang tangannya dan saya pijit daerah
refeksi di tangannya. Ketika saya pijat di sela ibu jari dan telunjuk dia
berteriak. Saya teruskan memijitnya dia berteriak lagi.
“Bagaimana sekarang
dada rasanya?”
“Agak sedikit ringan, A? dia menjawab.
Kemudian saya minta air putih pada yang punya rumah, dan air yang di dalam gelas itu saya berikan doa sebisanya
kemudian diminumkan kepada Atus, teman saya ini. Setelah meminumnya alhamdulilah ada perubahan, mukanya mulai berwarna lagi tapi dia belum
bisa bangun. Sambil menunggu dia bisa
bangun saya keluar dulu, apalagi di dalam udara terasa panas, mungkin pengaruh
banyak orang yang ada di ruangan itu saya keluar dan duduk di teras.
Beberapa saat kemudian ribut lagi di dalam, katanya temann
saya kumat lagi. Saya lari ke dalam dan kelihatan dia memegang dada sebelah kanan kali ini seperti
lebih parah lagi. Saya duduk di
sampinganya sambil memegang tangan yang tadi saya pijit. Saya perhatikan teman
saya ini beda seperti biasanya , dia seperti kehilangan kesadaran. Seperti ada pengaruh lain selain peyakitnya tadi. Matannya merah, nafasnya seperti mau habis.
Seperti orang yang sedang mengalami akhir-akhir hidupnya. Saya jadi panik juga
menyaksikan kejadian seperti ini.
Tak berselang lama datanglah ustad, ketika kejadian itu rupanya
anak yang punya rumah langsung memanggil ustad, karena mereka khawatir teman saya diganggu
suanggi(hantu). Suanggi adalah sejenis hantu yang kalau dijiwa teluh atau
santet.
Kemudian Ustad itu
meminta bawang merah denga minyak. Ustad ini memang sudah biasa mengurusi orang
yang diganggu suanggi. Kemudian bawang
merah yang sudah diiris tipis dan ducamput dengan minyak dibalurkan ke sekujur
tubuh teman saya termasuk di kepalanya.
Cukup lama kami menunggu teman saya pulih lagi fikirannya.
Mungkin sekitar 2 jam dia baru sadar.
Dia bisa duduk dan bersandar di tembok.
“Alhamdulilah….!” Kami semua mengucapkan syukur karena teman
saya sudah bisa sadar lagi. Dia sekarang sudah mengenali siapa saja yang ada di
ruangan itu. Legalah perasaan saya, saya berfikir kalau tidak bisa ditolong
akan lebih ribet lagi sementara kami sedang jauh dari keluarga.
Kegembiraan kami dikejutkan lagi dengan keributan di
luar. Tetangga rumah dimana kami
berkumpul katanya kesurupan kena suanggi. Ustad kemudian keluar dan menuju
rumah tetangga yang kesusupan. Begitu juga sebagian besar yang hadir di sini
keluar menuju rumah yang kesurupan itu. Cuma saya dan teman saya ditambah ibu
yang punya rumah yang tidak ikut pergi.
Kemudian saya dan teman saya pamit kepada tuan rumah dan
minta maaf atas apa yang telah terjadi.
“Besok-besok kalau ada persib main lagi jangan nonton di
sini lagi, ya. Saya khawatir persib kalah lagi aa mati di sini.”
Ibu yang punya rumah berkata sambil bercanda kepada teman
saya, yang masih kelihatan letih. Kami
hanya tersenyum karena tau Ibu ini hanya bergurau sambil menggoda teman saya.
Akhirnya kami pulang
ke kamar kontrakan kami, sedangkan
ustadz yang tadi mengobati sibuk lagi
urus yang kesurupan.
Sungguh Pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Selama
menonton pertandingan persib baru kali ini saya merasa ketakutan yang luar
biasa. Takut teman saya meninggal di perantauan. Alhamdulilah Alloh SWT masih
memberikan umur pada teman saya ini.
Flores menjadi saksi sejarah seorang suporter PERSIB hampir meninggal gara-gara PERSIB kalah lawan
PERSIBA BALIKPAPAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar