Header Banner JagoanStore

Rabu, 11 Juli 2012

Kisah Nyata Abu Sawawa Bagian ke-4


Mengamalkan Puasa dan Aurod
Oleh Abu Sawawa

Di Bandunng saya mulai melaksanakan puasa dan wirid seperti yang telah diberikan Paman Enjang kepada saya ketika di Garut.  Melaksankan puasa ini merupakan hal yang baru bagi saya. Karena selama belajar mengaji baik itu dari uwak saya (Ustadz Enco, Alm),  di PERSIS  (Persatuan Islam) atau pengajian-pengajian lain yang pernah saya pelajari  saya tidak mendapatkan ajaran puasa ini. Tapi Karena saya penasaran maka saya kerjakan apa-apa yang diberikan Mang Toto (Paman Enjang) kepada saya.
 Sampailah pada hari ketiga, hari itu saya tidak boleh buka,  dan malamnya saya harus wirid dan tidak  tidur sampai subuh. Saya pernah mendapat pelajaran setiap puasa ada bukanya, yakni ketika datangnya adzan magrib. Meskipun saya diberi pesan untuk tidak berbeuka di waktu magrib,  saya tetap buka puasa. Sekalian mencoba apa dengan berbuka di waktu ,magrib hari ke-3 ini saya akan gagal mendapat ilmu seperti teman saya atau sebaliknya.
Singkat cerita hari sabtu sore saya dan Enjang sudah berangkat lagi ke Garut. Seperti biasa sebelumn saya naik bis, singgah dulu di mini market membeli  bekal selama di sana dan sedikit oleh-oleh buat orang  Garut.
Ketika itu habis Isya saya sudah berkumpul ruangan tengah, teman-teman dari limbangan juga sudah ada ada di sana. Mereka juga tiap hari sabtu datang ke sana dan mereka belajar sudah pada tingkatan yang lebih jauh daripada Enjang.
Saya lihat paman Enjang  di depan saya sisi lain dari dari ruangan itu. Dia memakai mantel merah dan kopeah merah juga. Kemudian dia ambil sebatang rokok yang sudah tersedia di depannya .  Kemudian dia membakarnya, dia isap rokok deselingi dengan minum kopi susu yang masih panas. Semua mata memperhatikan dia dan sepertinya tidak sabar menunggu apa yang akan diucapkannya.
Tiba-tiba dia bertanya kepada saya.
“Jang (pangilan orang tua kepada yang lebih  muda (SUNDA),  bagaimana puasa dan wiridnya selesai.”
“Alhamdulillah beres, mang.” Saya menjawab
“Syukur kalau begitu, besok pagi Emang akan mengetes  puasa dan wiridnya benar atau tidak.”
“Boleh mang!” dalam hati saya bergumam “puasanya juga beda  wiridnya juga tidak sampai pada jumlahnya, bagaimana nanti saja yang penting kepenasaran saya  bisa terjawab.”
Kemudian seperti biasa dilanjutkan pada latihan murid-murid  yang sudah lama menimba ilmu di sana. Latihan ini terus bergantian.  
Menjelang tengah malam baru semua istirahat, dan diteruskan dengan obrolan ringan sampai satu persatu pergi ke kamar tidur.
Pagi-pagi setelah shalat subuh semua berkumpul di tempat seperti bisanya . Dihadapan semua sudah tersaji kopi susu yang masih panas, rokok di hadapan tiap orang  ada sebungkus,  dan makanan yang biasa di sajikan pagi-pagi untuk daerah Jawa Barat. Ada goreng Sinkong, Gehu (goring tahu yang ada tougenya), ada juga rebus jagung yang masih  Panas.
Kemudian  mang Toto menyuruh saya  menghampirinya. Dan saya duduk hadapan dia.  Dia meminta  kedua tangan saya kemudian dia pegang dua ibu jari saya.
“Jang, pagi ini akan saya berikan apa yang telah ujang kerjakan mulai puasa dan wiridnya.”
“Ya, mang!”, jawab saya pendek.
Kemudian mang Toto memejamkan matanya dan bibirnya komat-kamit mengucapakan doa-doa. Saya diam dan tertunduk , dalam hati saya berdoa kepada Alloh SWT. “ya, Alloh Jika ilmu ini tidak sesat berikalah, jika ilmu ini sesat dan menyesatkan jauhkanlah”.
Tak lama kemudian mang Toto berbicara, “Jang, ucapkan takbir, terus saja takbir sampai nanti doa emang selesai.”
Saya hanya  menganggukan kepala, dan saya bertakbir terus. Terasa ada getaran halus dari tangan mang Toto  masuk ke tangan saya. Saya terus saja bertakbir.
Tak lama kemudian mang Toto berhenti. Dia melepaskan tangan saya. Kemudian beliau berkata “Jang, coba berdiri di tengah ruangan, kemudian minta kekuatan kepada Alloh kemudian takbir . Kemudian rasakan bila ada yang  mengajak bergerak ikuti saja jangan dilawan.
Saya mengikuti apa yang dia katakana dan berdiri ditengah ruangan sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan dada  saya.  Kemudian saya meminta kepada Alloh kekuatan Sunan Kalijaga dan terus bertakbir. Tiba-toba terasa ada gerakan yang mengajak tangan  dan kaki saya untuk bergerak. Saya ikuti gerakan itu sambil takbir. Lama kelamaan saya mengerti akan maunya  gerakan itu. Terus saya  bergerak mengikuti keinginan tangan dan langkah kaki saya.
Tiba-tiba mang Toto berkata  : “Alhamdulilah, bagus  jang ! Orang lain untuk  bisa menerima gerakan itu harus berapa kali pertemuan. UJang ini bagus rezekinya langsung bisa bergerak dengan ringan.”.
Saya Hanya tersenyum saja.
“Sekarang bagaimana, Mang”
“Sekarang , tunggu istri Emang menyiapkan makanan khusus untuk orang  yang sudah menerima ilmu dari emang”
Semua  yang hadir di sana tertawa, mendengar perkataan mang Toto inti termasuk teman saya Enjang. Saya bertanya dalam hati “ada apa ini., hingga mereka tertawa seperti ada rahasia atau kejutan buat saya.”
Sekitar jam 10 keluarlah istri mang Toto yang sejak tadi sibuk di dapur . Rupanya dia menyediakan makanan untuk peresmian saya menjadi murid mang Toto,
Saya lihat makanan yang disajikan biasa-biasa saja tidak ada yan aneh.  Ada nasi, lauk pauknya, lalapan, rebus telor. Hanya ada makanan yang mebuat saya tanda tanya. Dalam satu mangkuk kaca saya lihat ada cabe kecil ada sekitar 30 biji, Bawang  merah yang sudah dikupas lumayan banyak, terasi, dan rebus daun singkong.
Kemudin mang Toto menyuruh anak dan istrinya ikut berkumpul. Dan setelah dianggap lengkap kemudian manga Toto memulai dengan doa-doanya istilah dia Tawasul. Dia berdoa  dengan mengirim hadiah-hadiah surat Al fatihah kepada para wali dan yang lainnya.
Cara mengirim Al fatihah ini merupakan hal yang baru bagi saya.
Setelah dianggap selesai kemudian mang Toto menyuruh  semua untuk makan, kecuali saya. Saya disediakan satu porsi makanan nasi putih, dan lauknya berupa apa-apa yang ada di mangkuk kaca tadi. Bawang merah, cabe kecil (cengek), terasi, dan daujn singkong. Tapi kalau sudah habis makanj itu saya boleh ikut seperti yang lainnya.
Saya kemudian makan nasi itu dan alhamdulilah saya masih ingat doa. Saya ambil nasi, kemudian saya ambil cabe, terus bawang merah, terasi dan singkong.  Saya terus paksakan makan semua yang  ada di mangkuk itu. Bibir dan lidah saya terasa terbakar, dan terasa mual tapi terus saya tahan.  Air mata terus keluar, air dari hidung juga tak bisa di tahan memaksa untuk keluar.
Saya lihat di mangkuk tinggal beberapa biji cabe, dan bawang merah. Saya ambil dan sekaligus saya makan kemudian saya susul dengan nasi. Hampir saja makanan dan isi dalam perut keluar lagi. Saya tarik nafas  dan ambil air putih lalu saya paksakan semua makanan yang ada dimulut didorong oleh air. Alhamdulilah akhirnya semua makanan yang dikhususkan untuk saya habis. Kemudian saya lihat teman-teman saya yang ada di sini tersenyum. Senyuman yang mengundang tanya untuk saya.
Sore hari saya pulang lagi ke Bandung dan terbayang dalam fikiran saya toilet karna saya makan cabe banyak sekali.  Dan yang saya khawaritkan takut dalam perjalanan ada gangguan dalam perut saya. Alhamdulilah sampai tiba di Bandung perut saya biasa-biasa saja, tidak ada ganguan sedikit pun.
Tapi sebelum pulang mang Toto berpesan minggu depan harus  ziarah ke Linggaratu.
(bersambung…)

Ngeblok dapat duit, pendaftaran langsung dapat 250.000, klik  disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar