Mengamalkan Puasa dan Aurod
Oleh Abu Sawawa
Di Bandunng saya mulai melaksanakan
puasa dan wirid seperti yang telah diberikan Paman Enjang kepada saya ketika di
Garut. Melaksankan puasa ini merupakan
hal yang baru bagi saya. Karena selama belajar mengaji baik itu dari uwak saya (Ustadz
Enco, Alm), di PERSIS (Persatuan Islam) atau pengajian-pengajian
lain yang pernah saya pelajari saya
tidak mendapatkan ajaran puasa ini. Tapi Karena saya penasaran maka saya kerjakan
apa-apa yang diberikan Mang Toto (Paman Enjang) kepada saya.
Sampailah pada hari ketiga, hari itu saya
tidak boleh buka, dan malamnya saya
harus wirid dan tidak tidur sampai
subuh. Saya pernah mendapat pelajaran setiap puasa ada bukanya, yakni ketika
datangnya adzan magrib. Meskipun saya diberi pesan untuk tidak berbeuka di
waktu magrib, saya tetap buka puasa. Sekalian
mencoba apa dengan berbuka di waktu ,magrib hari ke-3 ini saya akan gagal
mendapat ilmu seperti teman saya atau sebaliknya.
Singkat cerita hari sabtu sore saya
dan Enjang sudah berangkat lagi ke Garut. Seperti biasa sebelumn saya naik bis,
singgah dulu di mini market membeli
bekal selama di sana dan sedikit oleh-oleh buat orang Garut.
Ketika itu habis Isya saya sudah
berkumpul ruangan tengah, teman-teman dari limbangan juga sudah ada ada di
sana. Mereka juga tiap hari sabtu datang ke sana dan mereka belajar sudah pada
tingkatan yang lebih jauh daripada Enjang.
Saya lihat paman Enjang di depan saya sisi lain dari dari ruangan
itu. Dia memakai mantel merah dan kopeah merah juga. Kemudian dia ambil
sebatang rokok yang sudah tersedia di depannya . Kemudian dia membakarnya, dia isap rokok
deselingi dengan minum kopi susu yang masih panas. Semua mata memperhatikan dia
dan sepertinya tidak sabar menunggu apa yang akan diucapkannya.
Tiba-tiba dia bertanya kepada saya.
“Jang (pangilan orang tua kepada
yang lebih muda (SUNDA), bagaimana puasa dan wiridnya selesai.”
“Alhamdulillah beres, mang.” Saya
menjawab
“Syukur kalau begitu, besok pagi
Emang akan mengetes puasa dan wiridnya
benar atau tidak.”
“Boleh mang!” dalam hati saya
bergumam “puasanya juga beda wiridnya
juga tidak sampai pada jumlahnya, bagaimana nanti saja yang penting kepenasaran
saya bisa terjawab.”
Kemudian seperti biasa dilanjutkan
pada latihan murid-murid yang sudah lama
menimba ilmu di sana. Latihan ini terus bergantian.
Menjelang tengah malam baru semua
istirahat, dan diteruskan dengan obrolan ringan sampai satu persatu pergi ke
kamar tidur.
Pagi-pagi setelah shalat subuh semua
berkumpul di tempat seperti bisanya . Dihadapan semua sudah tersaji kopi susu
yang masih panas, rokok di hadapan tiap orang
ada sebungkus, dan makanan yang
biasa di sajikan pagi-pagi untuk daerah Jawa Barat. Ada goreng Sinkong, Gehu (goring
tahu yang ada tougenya), ada juga rebus jagung yang masih Panas.
Kemudian mang Toto menyuruh saya menghampirinya. Dan saya duduk hadapan dia. Dia meminta kedua tangan saya kemudian dia pegang dua ibu
jari saya.
“Jang, pagi ini akan saya berikan
apa yang telah ujang kerjakan mulai puasa dan wiridnya.”
“Ya, mang!”, jawab saya pendek.
Kemudian mang Toto memejamkan
matanya dan bibirnya komat-kamit mengucapakan doa-doa. Saya diam dan tertunduk
, dalam hati saya berdoa kepada Alloh SWT. “ya, Alloh Jika ilmu ini tidak sesat
berikalah, jika ilmu ini sesat dan menyesatkan jauhkanlah”.
Tak lama kemudian mang Toto
berbicara, “Jang, ucapkan takbir, terus saja takbir sampai nanti doa emang selesai.”
Saya hanya menganggukan kepala, dan saya bertakbir
terus. Terasa ada getaran halus dari tangan mang Toto masuk ke tangan saya. Saya terus saja
bertakbir.
Tak lama kemudian mang Toto
berhenti. Dia melepaskan tangan saya. Kemudian beliau berkata “Jang, coba
berdiri di tengah ruangan, kemudian minta kekuatan kepada Alloh kemudian takbir
. Kemudian rasakan bila ada yang
mengajak bergerak ikuti saja jangan dilawan.
Saya mengikuti apa yang dia katakana
dan berdiri ditengah ruangan sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan
dada saya. Kemudian saya meminta kepada Alloh kekuatan
Sunan Kalijaga dan terus bertakbir. Tiba-toba terasa ada gerakan yang mengajak
tangan dan kaki saya untuk bergerak.
Saya ikuti gerakan itu sambil takbir. Lama kelamaan saya mengerti akan
maunya gerakan itu. Terus saya bergerak mengikuti keinginan tangan dan langkah
kaki saya.
Tiba-tiba mang Toto berkata : “Alhamdulilah, bagus jang ! Orang lain untuk bisa menerima gerakan itu harus berapa kali
pertemuan. UJang ini bagus rezekinya langsung bisa bergerak dengan ringan.”.
Saya Hanya tersenyum saja.
“Sekarang bagaimana, Mang”
“Sekarang , tunggu istri Emang
menyiapkan makanan khusus untuk orang
yang sudah menerima ilmu dari emang”
Semua yang hadir di sana tertawa, mendengar
perkataan mang Toto inti termasuk teman saya Enjang. Saya bertanya dalam hati “ada
apa ini., hingga mereka tertawa seperti ada rahasia atau kejutan buat saya.”
Sekitar jam 10 keluarlah istri mang
Toto yang sejak tadi sibuk di dapur . Rupanya dia menyediakan makanan untuk
peresmian saya menjadi murid mang Toto,
Saya lihat makanan yang disajikan biasa-biasa
saja tidak ada yan aneh. Ada nasi, lauk
pauknya, lalapan, rebus telor. Hanya ada makanan yang mebuat saya tanda tanya.
Dalam satu mangkuk kaca saya lihat ada cabe kecil ada sekitar 30 biji,
Bawang merah yang sudah dikupas lumayan
banyak, terasi, dan rebus daun singkong.
Kemudin mang Toto menyuruh anak dan
istrinya ikut berkumpul. Dan setelah dianggap lengkap kemudian manga Toto
memulai dengan doa-doanya istilah dia Tawasul. Dia berdoa dengan mengirim hadiah-hadiah surat Al
fatihah kepada para wali dan yang lainnya.
Cara mengirim Al fatihah ini merupakan
hal yang baru bagi saya.
Setelah dianggap selesai kemudian
mang Toto menyuruh semua untuk makan,
kecuali saya. Saya disediakan satu porsi makanan nasi putih, dan lauknya berupa
apa-apa yang ada di mangkuk kaca tadi. Bawang merah, cabe kecil (cengek),
terasi, dan daujn singkong. Tapi kalau sudah habis makanj itu saya boleh ikut
seperti yang lainnya.
Saya kemudian makan nasi itu dan
alhamdulilah saya masih ingat doa. Saya ambil nasi, kemudian saya ambil cabe,
terus bawang merah, terasi dan singkong. Saya terus paksakan makan semua yang ada di mangkuk itu. Bibir dan lidah saya
terasa terbakar, dan terasa mual tapi terus saya tahan. Air mata terus keluar, air dari hidung juga
tak bisa di tahan memaksa untuk keluar.
Saya lihat di mangkuk tinggal
beberapa biji cabe, dan bawang merah. Saya ambil dan sekaligus saya makan
kemudian saya susul dengan nasi. Hampir saja makanan dan isi dalam perut keluar
lagi. Saya tarik nafas dan ambil air
putih lalu saya paksakan semua makanan yang ada dimulut didorong oleh air.
Alhamdulilah akhirnya semua makanan yang dikhususkan untuk saya habis. Kemudian
saya lihat teman-teman saya yang ada di sini tersenyum. Senyuman yang
mengundang tanya untuk saya.
Sore hari saya pulang lagi ke
Bandung dan terbayang dalam fikiran saya toilet karna saya makan cabe banyak
sekali. Dan yang saya khawaritkan takut
dalam perjalanan ada gangguan dalam perut saya. Alhamdulilah sampai tiba di
Bandung perut saya biasa-biasa saja, tidak ada ganguan sedikit pun.
Tapi sebelum pulang mang Toto
berpesan minggu depan harus ziarah ke Linggaratu.
(bersambung…)
Ngeblok dapat duit, pendaftaran langsung dapat 250.000, klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar