Header Banner JagoanStore

Jumat, 27 Juli 2012

Kisah Nyata Abu Sawawa Bagian ke-9


Dialog Takdir
Oleh Abu Sawawa

“Apakah benar takdir saya memiliki ilmu ini?”
Saya bertanya kepada  si eyang ini.
“Benar!, kata si eyang tegas.
“Salah!. Kata saya
“Mengapa salah? “ Si Eyang balik Tanya.

“Saya masih tetap pada keyakinan saya  dan mudah-mudahan Alloh terus memberikan kekuatan pada saya bahwa masalah takdir tidak ada satu makhluk pun mengetahuinya. Hanya Alloh saja yang Maha Mengetahui dan menguasainya. Termasuk ilmu yang  akan Eyang berikan kepada saya, saya tidak yakin bahwa ilmu ini takdir saya. Saya yakin bahwa ada kekuatan yang Maha Gagah dibalik apa yang saya alami dan apa yang akan eyang berikan kepada saya. Terlepas dari saya benar atau salah Tapi saua yakin Alloh akan memberikan petunjuk yang benar bagi saya.”

“Tapi Eyang yakin bahwa kamu satu-satunya yang bisa menerima ilmu ini.” Si Eyang terus meyakinkan saya.
“Eyang, kalau takdir saya harus memiliki ilmu ini, tak akan ada yang bisa mengahalanginya. Eyang bisa berbuat apa saja untuk meyakinkan bahwa ilmu ini merupakan takdir buat saya. Saya yakin meskipun saya menolak, kalau ini takdir saya pasti tidak akan pergi kemana-mana.”

“Sekarang saya belum tahu ilmu seperti apa yang akan berikan kepada saya. Saya hanya akan menerima  ilmu yang bermanfaat bagi hidup saya sekarang, serta bagi hidup saya yang abadi nanti”

Lama tak terdengar suara si Eyang itu setelah saya cerita agak panjang lebar.
Suasana malam terasa sepi hanya kedengaran  sekali-kali suara  ayam jantan berkokok di kejauhan. Dan kadang terdengar salah satu teman saya yang tidurnya ngorok.

“Jang!, Eyang tidak akan mundur dan eyang tetap  punya kesimpulan bahwa  ilmu ini takdirnya kamu. Dari mulai sekarang Eyang akan terus ikuti kamu dan berikan ilmu itu.”
Si Eyang menegaskan penuh dengan  keyajinan. Seperti nya eyang ini tidak akan menyerah.
“Eyang, saya tidak punya kewajiban untuk melarang Eyang. Bila itu keyikanan eyang, saya hanya berharap tidak ada usaha apapun dari eyang untuk menguasai fikiran saya dan hidup saya. Bila Eyang paksa mau kuasai hidup saya eyang suda melawan kekuatan yang Maha Besar. Karena hidupku dan matiku hanya milik Alloh semata.”

“Sampai sekarang  fikiran kamu tidak bisa dikuasai oleh anak buah eyang atau eyang  sekalipun. Terus terang saja, biasanya di tingkatan ini orang akan mengalami kehilangan fikiran  dan berbuat di luar fikiran sehatnya.  Tapi kamu beda jang, itu yang membuat eyang langsung turun tangan.  Pengaruh apapun yang anak buah eyang kondisikan tidak pernah berhasil menguasai kamu. Itu yang membuat eyang makin tertarik.”
Si Eyang  mengakui bahwa selama ini mereka tak  pernah bisa menguasai fikiran saya. 

Saya tidak tahu sekenario apa sebanarnya yang kemarin direncanakan kepada saya. Saya pernah ingat dulu ada tetangga saya yang  pernah  gila katanya dia sedang mendalami sebuah ilmu. Dia sering kejar-kejar orang sambil bawa golok  menyuruh orang untuk shalat.  Kadang juga dia ceramah layaknya seorang ustadz atau ajengan,  ilmu quran dan haditsnya keluar begitu saja dari mulutnya  padahal dia tidak pernah belajar di pesantren. Dan saya punya curiga seperti itu juga tentan apa yang sedang saya alami.

Tak lama kemudian terdengar lah suara adzan subuh,  suara si eyang tidak terdengar  lagi. Saya langsung pergi  ke Masjid untuk melaksanakan shalat subuh.
Pagi-pagi sekali saya pulang ke Bandung.  Sesampai di kantor langsung saya ganti pakaian dan pergi ke ruang kerja saya.  Saya ambil sisa kerjaan saya yang belum selesai dan masih banyak sekali naskah-naskah buku yang harus segera saya selesaikan seting dan perwajahannya.

Selang beberapa saat terdengar orang menyapa saya.
“Gy, Rajin sekali pagi-pagi sudah mulai kerja?”
Ternyata yang datang pak Subagya yang kemarin malam sedang sakit.
“Sekali-kali bole rajin kan!  he..he.he..!”
Saya jawab sambil berdiri karena kelihatan pa Bagya mau bersihkan ruangan saya. Dia biasa bersihkan kantor ini menyapu  dan mengepelnya.
“Gy, makasih ya, kemarin sudah berikan pengobatan gratis untuk saya. Setelah malam itu saya diberi air sama Ugy, pagi-pagi saya bangun Alhamdulilah sehat. Saya bisa berangkat kerja seperti biasa. Ugy, punya ilmu itu dari mana?”

Ternyata air yang diberikan saya kepada pak Bagya pada malam itu bisa menjadi obat juga. Saya teringat kembali ketika saya kasih air untuk pak bagya, air yang dibacakan Surat Al Fatihah kemudian ditambah dengan ludah saya.
“Kalau sembuh itu bukan urusan manusia.  Kesembuhan itu hanya Alloh yang memberikan pak Bagya. Air dan orang hanyalah alat ijabahnya hanya ada pada kekuasan Alloh Semata,”
“Iya, saya setuju. Tapi tetap kan Ugy yang berikan saya pengobatan gratis. Pokoknya terima kasih sekali ya, Gy!”
“Sama-sama  pak Bagja” Jawab saya sambil berjalan menuju meja kerja saya.

Pak Bagja kemudian  pergi ke kamar mandi, sebentar  lagi dia harus berangkat kerja di kantor kecamatan.
Satu-satu  teman-teman kerja saya datang melaksanakan rutinitas kewajibannya pada perusahan dimana tempat kami bekerja.

Kami pun akhiarnya  sibuk dalam kerjaan masing-masing. Empat teman saya saya membantu di pengetikan naskah, yang tiga orang di bagian editorial.

Lagi Asyik saya sama kerjaan tiba-tiba suara eyang itu datang lagi ke telinga saya.
“Jang nanti malam eyang akan berikan sesuatu pada kamu persiapkan saja!”

Bersambung………………!

Selasa, 24 Juli 2012

Kisah Nyata Abu Sawawa Bagian ke-8


Ujian Pertama Sudah Lulus
Oeh Abu Sawawa

Saya terus berteriak menyuruh mang Toto keluar dari kamarnya. Akhirnya keluarlah mang Toto dari kamarnya masih memakai sarung dan di tangan kanannya memegang tasbeh.
Dia hampiri kami, dan menyuruh kami semua duduk.  Suara ghaib yang selalu datang pada saya sebenarnya  melarang saya untuk duduk, seperti saya dikondisikan dia bahwa saya harus membangkang pada mang Toto. Tapi akal sehat saya alhamdulilah masih bisa dipertahankan tidak bisa dia kusai, dan   saya  masih mempertahankan etika sebagai manusia beradab, dan saya duduk seperti  yang lainnya.
Kemudian mang Toto tanya saya kenapa malam-malam datang ke Garut terus teriak-teriak ingin cepat bertemu dengan dia. Sebetulnya pertanyaan ini tidak saya harapkan, yang saya harapkan dia langsung tahu apa yang terjadi pada saya sekarang ini. Kalau dia bertanya demikian, berarti dia tidak tahu apa yang terjadi pada saya . Atau apakah dia berpura-pura?
Akhirnya saya ceritakan apa yang  saya alami sampai saya harus datang ke Garut. Dan saya minta kalau ini ada hubungannya dengan ilmu yang diberikan dia kepada  saya, saya  minta diobati atau ditempatkan pada kedudukan yang  seharusnya sehingga tidak menggangu hidup saya.
Kemudian dia  minta air putih pada  istrinya. Setelah air itu ada di tangannya  kemudian air dia beri doa lalu diberikan kepada saya. Saya meminumnya dan tidak lupa juga saya  baca Bismilah sebelum air itu masuk ke mulut saya.
Setelah minum air di dalam gelas itu, saya rasakan malah semakin besar dorangan untuk bicara di luar kesadaran saya. Kepala saya terus bergoyang  fikiran saya hampir tidak bisa dikontrol dan saya terus istigfar, bagaimanapun tidak akan saya berikan fikiran sehat saya di kontrol oleh makhluk ghaib,  apalagi kalau perkiaraan saya benar bahwa yang mau menguasai saya adalah sebangsa  jin.
Tiba-tiba saya mempunyai ide untuk mengerjai makhluk yang pengaruhi saya sekaligus  mengerjai orang -orang yang ada di sana termasuk mang Toto yang bagaimanpun juga dia sekarang sudah menjadi guru saya.
Sekarang saya akan berbicara kepada dia seolah-olah saya seperti sedang kerasukan oleh para wali yang ada di Linggaratu. Kepala saya yang terus bergoyang saya biarkan bergoyang terus, supaya mereka makin percaya bahwa saya sedang kerasukan.
“Toto, saya minta kopi susu dan Gudang  Garam Merah kalau kamu mau kembalikan lagi orang Bandung ini!” Dengan suara yang sedikit dibedakan dari biasanya.
 Mang Toto menyuruh istrinya menyediakan apa yang saya minta.
Menyaksikan hal itu saya tertawa dalam hati. Dan kedengaran juga suara ghaib juga tertawa. Setelah kopi susu ada di depan saya saya langsung minum kemudian saya ambil Rokoknya dan saya bakar dan langsung saya isap.  Asap Rokok ini terasa panas di tenggorokan saya. Hampir saja saya batuk tapi saya tahan dan mencoba mengekspresikan nikmatnya kopi susu plus Gudang Garam merah ini.  Suasana hening semua mata tertuju pada saya.
“Toto…!”
“Ya, Eyang!”
Mang toto menjawab seperti hormat sekali.
Melihat sikap mang Toto ini saya hampir ketawa.
“Ternyata bisa juga saya kerjain guru sendiri, he…he…!”
Saya biacara lagi kepada mang Toto
“Toto!, Kalau kamu memberikan ilmu pada seseorang harus kuasai benar-benar, jangan sampai ada murid kamu yang  mengalami seperti orang Bandung ini kamu tidak tahu bagaimana menyembuhkannya.”
“Iya, Eyang, saya memang bersalah. “Sebenarnya baru kali ini selama saya menjadi guru, ada murid yang mengalami hal seperti ini.”
Kata mang Toto sambil tunduk di depan saya.
Dari perkataan mang Toto ini, akhirnya saya tahu sekarang ternyata mang Toto ini sama seperti saya tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya. Dan saya mempunyai kesimpulan apa yang datang kepada saya di luar ilmu yang diberikan kepada saya atau kepada murid yang  lainnya.
Kemudian saya lanjutkan bicara kepada mang Toto.
“Sekarang eyang tidak bisa membantu kamu, untuk mengobati anak ini, kamu coba fikirkan bagaimana caranya. Bagaimanapun kamu harus tanggung jawab dengan ilmu yang diberikan kepada siapapun juga, termasuk kepada anak ini.  Sekarang Eyang pulang dulu ke tempat Eyang, Assalamualaikum…!”
“Waalaikum Salam..!
Semua yang  hadir di situ menjawab serempak salam nya si Eyang yang sebenarnya hanya kerjaan saya saja  karena  kesal  dan jengkel kepada mang Toto. Setelah bicara begitu kemudian  saya pura-pura sadar, dan tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi.  
Mang Toto berbicara pada saya.
“Jang, minggu depan kita semua harus ke laut kidul (Laut Selatan). Yang pertama untuk mengenalkan ujang kepada para wali yang ada di sana, dan kedua semua murid yang berguru kepada emang harus di sempurnakan di sana,”
“Lalu bagaimana dengan keadaan saya  sekarang ini, mang?”
Saya Tanya dia mau tahu bagaimana dia memberikan jawaban.
“Insya Alloh nanti setelah kita jalan ke Laut Kidul akan mendapat jawabannya.” Mang Toto menegaskan kepada saya.
Dengan jawaban tersebut terpaksa  saya harus bisa menerimanya, meskipun ada keraguan pada diri saya.  Tetapi minimal sekarang  saya punya keyakinan tentang apa-apa yang terjadi pada diri saya.  Semua yang saya alami  di luar ilmu yang diberikan mang Toto kepada saya. Entah ini datangnya dari mana dan sebenarnya siapa? Saya yakin suatu saat misteri ini akan terjawab.
Malam itu saya terpaksa harus menginap di  Garut  apalagi dengan perjalanan hari ini terasa sangat melelahkan. Saya tidur di kamar sendirian sedang  teman-teman dari Limbangan  semua diruang tengah. Sekitar  Jam  2 malam saya terbangun  terasa di betis saya seperti disengat  ribuan nyamuk. Saya  bangun  dan melihat bĂȘtis kelihatan entah datangnya dari mana nyamuk seperti bulu nempel semua di betis.  Saya ucap istigfar tiba-tiba hilang nyamuk itu, dan diganti dengan suata gaib yang biasa datang kepada saya.
“Jang,  cepat bangun dan pergi ambil air wudhu. Tahajudlah!”
Belum juga saya jawab  tangan saya seperti ada yang menarik dari tempat tidur. Kemudian saya bangun mengikuti kemana saya mau dibawa. Saya  buka pintu dan ikuti langkah kaki yang seperti ada yang melangkahkan. Akhirnya saya sampai di sumur  langsung saja saya ambil wudhu.
Untuk perintah ini saya tidak menolaknya malah bersyukur ada yang membangunkan untuk melaksanakan shalat Tahajjud. Setelah wudhu tiba-tiba  rambut saya seperti ada yang menarik dari belakang, sehingga muka saya jadi tengadah ke  lamgit.  Kebetulan pada waktu itu rambut saya panjang   sampai di bawah bahu. Jadi  kalau ditarik dari belakang memang mudah.
Setelah muka saya tengadah ke langit, suara itu berkata :”kamu lihat apa yang ada di langit?”
“Bulan, dan bintang” jawab saya
“Lalu Alloh di Langit mana?” Dia bertanya lagi
“Alloh yang mana? Kalau Alloh Sembahan saya dekat di sini.” Jawab saya sambil menunjuk ke leher saya.
Dia diam, Dan saya terus menghadap ke arah kiblat sambil mengucapkan Do’a  setelah wudhu. Setelah  saya selesai baca do’a ,  saya langkahkan kaki tanpa ada yang menarik seperti tadi. Setibanya di rumah saya langsung shalat Tahajjud.  Kemudian wirid dan berdoa memohon ampunan dan petunjuk kepada  Alloh SWT.
Setelah selesai berdo’a tiba-tiba terdengar suara yang menyapa saya, tapi suaranya beda dengan yang biasa saya dengar selama ini. 

 “Annakku, kamu sudah lulus ujian pertama dari Eyang, Sebenarnya Eyang telah lama cari  orang yang bisa menerima  suatu  ilmu yang jarang orang memilikinya. Ilmu ini, sejak pertama sampai sekarang  sudah dimiliki oleh 367 orang. Eyang sebagai pemegang amanat dari ilmu ini  punya kewajiban untuk mewariskan ilmu ini kepada yang cocok untuk menerimanya. Sudah lama Eyang mencari dan akhirnya bertemu dengan kamu. Tapi yang menjadi aneh bagi eyang kamu bukanlah  orang yang biasa suka wirid.  Mungkin sudah takdirnya ilmu ini sekarang harus diwarisi oleh orang seperti kamu. Perlu kamu ketahui orang yaqng menerima ilmu ini akan mengalami 7 ujian . Bila lulus dengan 7 ujian itu maka ilmu ini akan sepenuhnya dimiliki. Begitulah mengapa kamu mengalami hal-hal seperti ini.”

Mendengar perkataan itu anehnya saya tidak merasa  bangga karena terpilih menjadi pewaris ilmu yang orang jarang memilikinya.
“Eyang atau siapapun Anda,  saya harap jangan terburu-buru  mengambil keputusan apalagi yakin bahwa saya memang pewaris ilmu itu. Bila benar belum tentu saya juga bisa  menerima ilmu tersebut.”
“Tapi ini sudah takdir ilmu ini harus dimiliki kamu, jang!”
Suara itu mencoba meyakinkan kepada saya bahwa apa yang dia bicarakan merupakab takdir bagi saya. Saya terus berfikir sikap apa yang harus saya ambil dari situasi ini. Saya takut ada perangkap dibalik itu semua. Perangkap yang membawa saya menjauh dari  ketauhidan yang  saya miliki.
“Apakah benar takdir saya memiliki ilmu ini?”
Saya bertanya kepada  si eyang ini.
“Benar!, kata si eyang tegas.
“Salah!. Kata saya

Bersambung……………****

Senin, 23 Juli 2012

Pocong Tertangkap Kamera handphone Anak yang Pulang Ngaji



Oleh Abu Sawawa
Kejadian ini terjadi di daerah Garut. Tepatnya di Kp. Tabrik desa Linggamukti kec. Sucinaraja.  Sekitar bulan Desember 2011.

Malam itu sejitar jam 20.00 WIB  tiga orang anak baru pulang dari belajar  mengaji.  Anak itu dua lai-laki dan satu peremupan. Rumah ketiga orang anak ini memang agak jauh dari masjid tempat dimana mereka selalu belajar mengaji.  Untuk menuju atau pulang mereka harus berjalan lewat kebun-kebun penduduk kampung tersebut..  

Ketika mereka pulang salah satu dari tiga orang anak tersebut iseng–iseng dalam perjalanan pulangnya dia pasang  kamera handphone  yang dia miliki. Dalam perjalanan tersebut yang dua orang  berjalan di depan. Paling depan anak laki-laki dan disusul oleh seorang  anak perempuan sedangkan yang satu dibelakang sambil pegang senter sama handpone.  Sepanjang jalan kamera handpone dipasang untuk mendokumentasikan perjalanan mereka.
Setelah Sampai  di rumahnya,  mereka sama-sama melihat hasil video kamera  diperjalanan tadi. Awal dari hasil kamera ini biasa-biasa  saja,  kemudian selang beberapa menit salah seorang dari mereka melihat pemeran tambahan  ada di film mereka.  Di perjalanan  pulang mereka tidak berpapasan dengan siapapun tapi di dalam hasil videonya tersebut ada makhluk yang tertangkap oleh kamera. 

Setelah diputar bulak-balik ternyata makhluk itu seperti seperti  setan pocong.  Tapi pocong disini tidak seperti kebanyakan dibicarakan orang atau seperti di dalam film-film yang sering kita lihat. Pada  video kamera mereka, pocong tidak loncat-loncat tetapi  jalan biasa cuma kakinya kelihatan tidak menapak pada tanah.
Video bisa di lihat di bawah ini





Wallahu ‘alam.  Hanya Alloh SWT yang Maha Tahu yang ghaib dan yang nyata. 
"Dia adalah Tuhan Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.(Q.S. Al Jin : 26)

Jumat, 20 Juli 2012

Kisah Nyata Abu Sawawa Bagian ke-7 (Revisi)

Perbuatan  Makhluk Ghaib atau Kehendak Alloh?
Oleh Abu Sawawa
Sesudah Shalat  saya titip pesan kepada Enjang  bahwa hari ini saya  tidak bisa masuk kerja.  Kemudian saya pergi ke jalan untuk cari ojeg.  Masih saya ingat perkataan suara itu kalau saya berangkat  pagi ini bukan malam seperti yang dia perintahkan  akan banyak halangan di jalan. Penasaran saya mau buktikan perkataannya.
 Keyakinan saya pada kekuasan Alloh SWT Alhamdulillah tidak bisa dipengaruhi oleh suara-suara ghaib yang  dari tadi malam datang pada kehidupan saya. Dengan Bismillah saya naik ojeg, saya sangat yakin musibah dan keselamatan hanya Alloh saja yang bisa memutuskan.
Ojeg   membawa saya ke terminal bisa Cicaheum. Fikiran saya sudah ada di tempat tujuan, tiba-tiba ojeg berhenti padahal saya masih setengah perjalanan belum sampai ke terminal.  Yang bawa ojeg terus bawa motornya ke pinggir jalan, kemudian  dia lihat ban motornya dan ternyata ban motor belakang yang kami naiki pecah.
“Aduh, maaf saya tidak bisa antar ade ke terminal soalnya ban motor pecah.” Tukang ojeg minta maaf kepada saya.
“Sudah, tidak apa-apa kan ini semua bukan keinginan kita”.
Kasian juga tukang ojeg ini padahal baru turun cari muatan. Kemudian saya berikan ongkosnya kepada dia. Dia menolak  karena tugasnya antar saya belum selesai. Tapi saya juga tidak enak  dan kasian melihat dia . Saya simpan saja ongkosnya di atas jok motor, lalu saya lanjutkan perjalanan dengan ojeg yang lain.
Suara itu datang lagi, datang denga ejekannya kepada saya.
“Kamu, tidak nurut apa kata saya tadi malam, ya beginilah jadinya.”
“Ini, kan pasti perbuatan kamu dengan sengaja kerjain saya.  Keyakinan saya tetap tak ada yang bakal tahu apa yang akan terjadi.”
Saya balas dengan nada kesal.
“Ya, terserah kamu saja, yang jelas kamu sekarang pergi ke Garut akan banyak halangan. Lihat saja nanti.” Dia terus pengaruhi saya.
Meskipun salah satu perkataan dia terbukti,  dia tidak bisa merubah pemahaman  dan keyakinan saya. Dalam hati saya mohon kepada  Alloh SWT semoga Alloh SWT memberikan  kekuatan dan kesabaran.
Sampailah saya di terminal cicaheum.
Saya cari dulu makanan untuk mengisi perut yang belum  terisi. Kebetulan ada orang yang jualan ulen bakar, saya beli dua potong  kemudian saya naik bis. Saya harus mengunggu  dulu bis ini penuh baru bis bisa berangkat ke Garut.
Tak lama berselang bis  berangkat .
Baru saja mau berangkat  datang lagi suara ghaib itu.
“Jang, lihat saja apa yang akan terjadi di perjalanan ini!” Suara itu datang penuh dengan ejekan.
“Kamu terus bicara begitu, kamu tidak malu Alloh dekat dengan saya dekat juga dengan kamu.”
Setelah saya jawab suara itu tidak ada.
Dalam hati saya berharap mudah-mudahan saja dia pergi tidak ganggu saya lagi.
Bis berjalan, saya sandarkan kepala saya ke jok bis. Saya pejamkan mata coba tidur agar di perjalanan tidak terasa.
“Takan, saya biarkan diperjalan ini kamu bisa tidur jang.!”
Suara itu datang lagi dan saya biarkan saja dia  ngomong  sendiri dan ejek saya. Baru saja mau tidur  saya dengar ada keributan. Saya buka mata, dan saya lihat di tengah  bis ada seseorang yang sudah berlumuran darah  habis dipukuli penumpang bis. Ternyata ada yang mencoba mau ambil dompet salah seorang penumpang bis yang berdiri. Dan dia tidak bernasib mujur, rupanya pas mau ambil keburu ketahuan akhirnya habis dipukuli penumpang bis.
Saya berfikir dalam hati “apa ini salah satu gangguan  yang selalu diucapkan suara itu?”.
Kedengaran suara itu mentertawakann saya. Saya tak ambil pusing dan kembali ke tempat tadi saya duduk.
Saya lihat jam tangan sudah jam 6 pagi,  saya perkiran  insya Alloh sampai di Garut sekitar jam  8.00 telatnya jam 8.30. Kemudian saya paksakan untuk tidur saya tidak pedulikan lagi mau ada gangguang apa lagi yang akan datang, apapun yang terjadi saya harus sampai ke Garut dan bertemu dengan mang Toto.
“Jang, meskipun kamu bisa tidur kamu tidak akan cepat sampai ke Garut. Saya pastikan kamu bisa sampai di Garut malam”.
Suara itu memberikan kepastian waktu  kedatangan  saya ke Garut.
“Kamu kurang ajar, siapapun  kamu memnag kurang ajar. Kamu sudah mendahului apa yang akan diputuskan Alloh untuk saya. Lebih baik kamu pergi saja jangan ganggu saya. Biarkanlah saya menyelesaikan masalah saya sendiri.”
Saya jawab dia dengan sebuah penegasan tentang keyakinan  dan sikap hidup saya.
Suara itu hilang dan Alhamdulillah saya bisa tidur. Tapi meskipun saya tidur, saya merasa terus terjaga dan berjalan menemui orang-orang yang belum saya kenal. Tetapi mereka seperti tahu siapa saya.
Saya terbangun  ketika kondektur berteriak, lalu saya bangun mau turun. Tapi aneh kenapa kondektur  berteriak.
“Cicaheum  habis,…! Cicaheum habis…!”
Harusnya Garut bukan Cicaheum. Saya lihat ke luar memang  bis ini baru masuk terminal Cicaheum. Saya  usap mata saya muka saya berkali-kali memang ini baru masuk di Cacaheum, saya lihat jam tangan jam 01.30.  Akhirnya saya memutuskan untuk tidak turun  dan tetap duduk dikursi yang sejak tadi saya duduki.  Tekada semakib kuat tetap saya jarus pergi ke Garut menyelesaikan masalah ini.
Tak lama kemudian bis sudah penuh dan  akhirnya berangkatlah. Kali ini saya tidak akan tidur saya harus terjaga sampai di Garut. Saya terus memikirkan kejadian ini,  bus ini sudah balik lagi ke Cicaheum. Berarti tafi di Terminal Garut saya masih tidur. Tapi kenapa Kondektur tidak kasih bangun saya dan mengapa sampai sekarang juga dia tidak minta ongkos kepada saya.
Sekarang kondektur sedang tagih ongkos dari depan  dan sebentar  lagi dia akan sampai di depan saya. Kondektur itu sampai di depan saya orang yang duduk di kanan kiri saya mereka dimintai ongkosnya , tetapi saya tidak diminta bahkan kondektur itu seperti tidak melihat saya.
Kalau begini kejadiannya berarti sejak perjalanan saya dari Bandung ke Garut, kemudian balik lagi ke Bandung lalu sekarang balik lagi ke Garut kondektur tidak lihat saya.
“Apa ,Iaya?”
“Apa semua orang tidak bisa lihat saya?”
“Apa saya benar-benar naik bis?”
“Wallahu’alam semua terjadi begitu saja.”
Jam  4 lebih saya sampai di terminal Garut kemudian saya cari masjid untuk shalat Jama Takhir. Setelah selesai sholat buru-buru saya naik angkot  (Angkutan Kota).  Kebetulan ada angkot yang sudah siap berangkat. Pas saya naik angkot langsung berangkat.
Di sepanjang jalan saya terus  berfikir tentang kejadian tadi. Saya tidak perhatikan orang yang turun atau naik ke angkot ini. Entah berapa kali angkot  yang saya naiki ini berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang.
“Tiba-tiba kendek bertanya kepada saya . “A, mau berangkat kemana?” A (Aa, panggilan orang sunda kepada lelaki yang lebih tua atau dituakan atau dihormati) Kendek itu bertanya kepada saya.
“Mau ke Lawang Biru, A?” saya jawab sambil berikan ongkos kepada dia.
“Wah, salah naik angkot atuh Aa. Harusnya naik yang ke Sukawening kalau angkot ini jurusan ke Bagendit Leuwi Goong.”! Si kendek beritahu saya bahwa saya salah naik angkot.
“Astagfirulahal adzim.!”
Saya baru sadar bahwa saya salah naik angkot. Padahal saya sudah tahu kalau ke tempat mang Toto itu naik  angkot 07 warna merah. Akirnya saya  turun dan dan naik lagi angkot balik lagi ke terminal Garut. Sampai di terminal sekitar sudah lewat magrib, kemudian saya cari angkot 07, karena takut salah lagi saya langsung ke tempat  angkot 07 mencari muatan.
Sampai di sana sudah ada angkot yang  mau jalan tunggu 3 orang lagi baru bisa berangkat. Sebelum masuk saya perhatikan warna mobil itu dan nomornya 07. Angkot ini memang benar, angkot yang akan antar saya ake tempat tujuan. Karena masih penasaran saya  tanyakan juga kepada kendek tentang jurusan angkot ini. Saya anggap sudah jelas, maka saya naik ke angkot ini.
Sekitar 10 menit saya tunggu, maka jalanlah angkot itu. Saya berdoa  semoga perjalanan ini diberikan kelancaran.  Sekitar  habis isya saya turun dari angkot kemudian cari ojeg. Untuk sampai ke rumah mang Toto ini saya harus naik ojeg dulu kalau tidak jalan kaki.
Tak lama di perjalanan  sekitar 10 menit sampailah saya di gang yang masuk ke rumah mang Toto. Turun dari Ojeg langsung saya ke rumah mang Toto. Sampailah di depan rumahnya kemudian saya salam.
“wa’alaikum Salam!”
Terdengar dari dalam rumah yang membalas ucapan salam saya. Rupanya di rumah mang Toto ini banyak tamu,  yang menjawab salam  kedengarannya banyak. Pintu terbuka dan keluarlah seseorang dengan  memakai sarung lengkap dengan kopeah. Saya kenal dia, dia orang limbangan yang katanya murid pertamanya mang Toto, namanya Maman.
“Ohh Ugy,… Silakan masuk!”
Maman menyapa saya sambil tersenyum menyuruh saya untuk masuk.
“Iya, kang Maman”
Kemudian saya masuk,  di dalam ternyata  orang limbangan  semua sekitar 7 orang. Sepertinya mereka baru selesai melaksanakan shalat Isya.  Sedangkan mang Toto belum ada di sana kata mereka masih wiridan di kamarnya.
Saya duduk menunggu keluarnya  mang Toto. Perut saya terasa lapar, saya baru ingat tadi pagi saya beli bakar ulen ketan, tapi perasaan belum saya makan. Saya buka saku jaket saya ternyata  ulen ketan itu  masih utuh di dalam saku jaket.
Saya ucapkan istigfar, kemudian saya tidak lihat siapa saja yang ada di ruangan itu, saya langsung makan saja dua potong ulen itu. Sesudah habis kemudian saya ambil air yang sejak tadi sudah disimpan di depan saya oleh salah seorang murid  mang Toto.
Habis minum saya lihat ke sekeliling saya mereka semua  memandangi saya. Mungkin mereka heran dengan kelakuan saya. Saya tidak banya k bicara ambil sebatang Marlboro kemudian saya bakar dan sayab isap.
Saya tunggu mang Toto belum keluar juga.  Jam tanganku sudah menunjukkan jam 8 malam. Tiba-tiba kepala saya bergoyang lagi yang sejak di perjalanan tadi sudah berhenti. Kali ini saya biarkan kemanapun dia bergoyang saya biarkan saja. Saya berfikir kejadian apa saja kalau di tempat orang yang memberikan ilmunya akan saya perlihatkan, dengan harapan mang Toto bisa segera mengobatinya atau menormalkan kembali.
Sudah lama saya menunggu tapi mang Toto belum juga keluar.
Suara ghaib yang sempat hilang di perjalanan tadi, datang  lagi bersamaan dengan kepala saya yang selalu bergoyang.
“Jang, bagaimana bukti kan,  apa yang saya katakan? Kalau jalan pagi bukan malam pasti banyak rintangan.” Ha…ha..ha!
Suara  itu baru saja datang sudah mentertawakan saya.
“Hai, siapapun kamu. Hari ini kamu menang bisa membuktikan. Kalau kamu lebih jagoan jangan bersembunyi, keluarlaj saya mau tahu bagaimana sebenarnya rupa kamu.”
Saya tantang dia, suara yang saya keluarkan sengaja dikeraskan  sehingga orang  yang ada di dalam rumah juga bengong  melihat saya ngomong sendiri kayak orang gila.
Ha…ha…ha…! Dia tertawa malah semakin keras.
Langsung saja saya panggil mang Toto, yang katanya sedang wiridan di dalam. Saya langsung panggil namanya saja. Karena saya yakin kalau dia yang memberinya pasti tahu apa yang sedang saya alami sekarang. Meskipun saya panggil dengan sebutan yang tidak hormat pasti di faham.
“Toto….keluar ! Toto dua mau bertemu sama kamu.” Sambil berdiri saya panggil dia.
Yang hadir di sana ribut mungkin mereka menganggap saya kerasukan.  Kelihatan semua berjaga-jaga  mungkin takut saya mengamuk. Semua  yang hadir di sana komat-kamit baca-baca do’a.  dalam hati saya ketawa “berdoalah yang banyak  mudah-mudahan yang mengganggu saya lari. Takut dengan doa-doa kalian semua”

Saya terus berteriak menyuruh mang Toto keluar dari kamarnya. Akhrnya keluarlah mang Toto dari kamarnya masih memakai sarung dan di tangan kanannya memegang tasbih.

(bersambung)

Senin, 16 Juli 2012

Kisah Nyata Abi Sawawa Bagian ke-5


Perjalanan ke Linggaratu Awal Sebuah Misteri
Oleh Abu Sawawa

Dari dua kali perjalanan saya ke Garut untuk membuktikan keberadaan tentang ilmu amatan dan apa yang sebenarnya, ada satu pertanyaan saya simpan.  Apakah benar puasa dan wirid itu jaminan utama untuk menerima ilmu-ilmu tersebut. Sedangkan pengalaman saya kemarin puasa saya lakukan tidak seperti yang dipesankan mang toto, kemudian wirid juga tidak sampai pada apa yang di syaratkan. Nyatanya ilmu itu bisa saya miliki bahkan saya lebih cepat menerimanya daripada yang sudah-sudah.

Minggu ke dua saya sering latihan dengan Teman saya Enjang. Saya latihan setiap malam di masjid Al Falah dekat dengan tempat kerja saya. Semakin hari saya semakin merasakan dengan apa yang sekarang sedang saya pelajari .
Seperti biasanya  sabtu sore itu saya pergi lagi ke Garut , sebagaimana pesan mang Toto kami harus ke sana untuk ziarah ke Linggaratu.  Saya penasaran dengan Linggaratu ini,  karena menurut mereka tempat ini ada di puncak sebuah gunung masih di Wilayah Garut juga.  Dan menurut mereka tempat ini merupakan tempat keramat, tempat tinggalnya para Wali.
Singkat cerita pagi-pagi setelah shalat subuh kami semua berangkat ke Linggaratu. Masing-masing dari kami membawa perbekalan untuk bekal selama di perjalanan.  Tak terasa sudah hampir 2 jam kami berjalan kami sampai di pinggiran hutan pinus.
Di tengah perjalanan  kami berhenti dulu untuk mengambil  air untuk memasak ketika kami sampai di sana. Mang Toto menyuruh kami untuk berwudhu dulu, karena kami akan mendatangi tempat yang disucikan atau keramat menurut mereka. Setelah dianggap beres kami semua melanjutkan  perjalanan kembali.
Perjalanan sekarang lebih sulit lagi karena kami harus membuat jalan sendiri.  Jalan yang dahulu selalu dilewati telah dipenuhi pohon kaso dan alah-alang. Cukup lama juga  kami sampai ke tujuan apalagi perjalanan lebih mendaki  untuk sampai ke puncak gunung.
Akhirnya kami sampai di sebuah pelataran, di pelataran itu ada tempat yang dipagar. Di dalam tempat itu ada beberapa kuburan yang berbeda dengan kuburan-kuburan yang kita ketahui. Perbedaannya ukuran kuburan itu panjang. Satu kuburan itu saya perkirakan tiga kali ukuran tinggi badan manusia biasa.
“Kang, ini makam prabu kingking” Aju teman dari limbangan berbisik kepada saya.
Saya jawab dengan anggukan.
Kemudian mang Toto masuk ke pelataran tersebut dan diikuti oleh yang lainnya. Kemudian saya menguikuti  mereka, dan semua perbekalan di simpan di luar pelataran  makan tersebut.
Semua duduk melingkari salah satu makam, mungkin makam itu yang mereka sebut makan prabu kingking.  Sikap mereka seperti  memasuki rumah orang yang sangat dihormati, suasana hening   diselingi semilir angin serta suara berjatuhannya daun yang sudah tua.
Satu yang menjadi bahan pertanyaa saya disini, semua murid-murid mang toto menyimpan dompetnya  di hadapan mereka, atau yang pakai sal mereka buka dan di simpan juga di depan. Kemudian mereka masing-masing mengikat satu daun  yang ada di makam tersebut.  Sambil mereka ikatkan daun itu mereka berbisik-bisik seperti ada yang mereka  minta.
Tapi dompet saya masih ada di saku celana saya tidak saya keluarkan saya berfikir masa orang mati butuh dompet, sambil ketawa dalam hati. Kemudian mang Toto mulai berdoa atau istilah mereka tawasul kepada para wali. Jadi mang Toto ini mengirim hadiah kepada para wali yang ada di sana termasuk Prabu  Kingking. Hadiahnya  surat Al fatihah, begitulah keyakinan mereka.
Orang lain menyambut apa yang dibacakan mang Toto dengan bacaan Al fatihah. Saya belum pernah melakukan hal seperti ini karena yangb sampai kepada orang yang sudah meninggal hanya ada tiga, Amal jariah di waktu hidup, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan.  Ada perasaan  takut pada diri saya kalau yang akan saya doakan ini adalah orang musyrik karena  muslim dilarang mendoakan orang musyrik.
Akhirnya saya bicara dalam hati “siapa saja yang dikuburkan di sini saya tidak akan berdoa untuk anda, karena belum jelas siapa anda dan saya masih takut Alloh SWT, yang mempunyai saya dan anda.”
Begitulah yang saya ucapakan di makam itu.
Mang Toto kemudian mengenalkan kami semua, katanya kepada para wali yang ada di sana. Setelah dianggap selesai kami semua melanjutkan perjalan yang menurut mereka, kami menuju ke keratonnya Prabu Kingking.  Perjalanan sekarang tidak mendaki, karena kami sudah ada di puncaknya. Jalan yang kami lalui adalah jalan setapak, di kiri dan kanannya jurang yang curam.
Tak lama berselang kami sampai di tujuan, kami  sampai di sebuah tempat  dimana di tempat itu seperti bekas perkampungan atau pernah ada kegiatan kehidupan . Tempatnya tersusun rapi dengan batu-batu besar. Ada dua batu yang tersusun mungkin batu ini masing-masing punya tinggi sekitar 20 meteran. Batu ini tersusun bertumpuk seperti menara masjid. Mang toto juga mengatakan bahwa batu itu dulunya menara masjid, dan  asalnya ada tiga bertumpuk tetapi yang satu hilang, katanya pindah ke Godog tempat dimakamkanya Sunan Romat Suci (Kian Santang).
Kemudian kami menuruni tangga yang ada di sela –sela batu yang tersusun.  Ternyata di bawah tangga ini ada suatu pelataran yang rata. Kami semua berkumpul di sana, dan mang Toto menyuruh salah satu muridnya naik ke atas batu untuk adzan.
“Ini kan, belum waktunya dzuhur?”
Saya nyeletuk spontan bicara tersebut.
Semua yang ada di sana memandangi saya seperti tidak setuju dengan apa yang saya katakan. Dalam hati saya bergumam, “ada apa dengan mereka?”
Setelah selasai adzan, saatnya  kami membuka perbekalan. Sebagian dari  kami ada yang cara ranting kayu untuk kayu bakar, yang lainnya ada yang mencuci beras , dan membuat perapian.  Saya bersandar di batu sambil merasakan hembusan angin yang membelai sekujur tubuh  saya. Menikmati belaian angin itu membuat  mata saya mengajak masuk ke dunia lain. Tiba-tiba teman saya membangunkan saya.
“Gi, kopi?”
Saya terbangun dan saya lihat di depan saya sudah ada kopi susu  masih panas dan roti tawar. Di depan teman saya juga sudah ada ada sajian seperti yang ada di depan saya ini. Kopi susu plus roti tawar. Kemudian mang Toto membagikan rokok cigarelos  yang bentuknya seperti cerutu tapi  sedikit kecil. Katanya kalau di sini minumnya harus kopi susu, roti tawar, dan rokok cigarelos. mereka mungkin berfikiran lain  tentang sajian ini, tetapi saya berfikir sederhana di tempat dingin ini pasti enak minum  kopi susu panas dan roti tawar ditambah rokok. Wajar bila terasa lebih nikmat.
Sambil menikmati semua itu satu  persatu murid mang Toto memperagakan apa yang telah mereka miliki. Kemudian diteruskan dengan berpasangan. Ada yang beda  latihan di sini dengan di rumah. Bedanya latihan di sini dibebaskan  menggunakan lodaya Linggaratu dan bebaskan mengeluarkan suara lodayanya. Beda dengan latihan di rumah lodaya jarang dikeluarkan, entah apa sebabnya.
Setelah dianggap cukup latihannya, kami semua di suruh mandi di mata air yang berada di bawah tempat ini. Jadi kami harus turun  untuk  mandi di mata air ini, kata mang Toto mata air itu merupakan tempat menyempurnakan ilmu. Air  merupakan air keramat  dari  para wali di Linggaratu ini.
Meskipun malas untuk melangkahkan kaki , tetapi saya harus ikut sama mereka. Malasnya bagi saya bukan turunnya, karena nanti sudah mandi harus naik lagi, padahal waktu  perjalanan tadi saya sudah kepayahan. Sekarang harus turun dan kemudian saya harus naik lagi.
“cape dech….!”
Perjalanan  ke mata air ini saya perkirakan setengah jam baru kami bisa menemukan tempat itu. Ada air yang keluar  dari sela-sela bebatuan, kemudian dibawahnya kami buatkan kolam-kolaman untuk menampung air itu. Airnya sangat jernih, cocok untuk memandikan badan yang  sedang kecapean.
Semua bergiliran mandi setelah mang Toto berdoa di bawah mata air tersebut. Selesai  mandi kami semua naik lagi ke tempat latihan tadi. Kemudian menyantap nasi liwet yang sudah dari tadi matang, sambal, bakar ikan asin, ada juga lalapannya ketimun. Pokoknya nikmat…..!
Saya baru ingat bahwa saya simpan kamera di dalam tas. Saya keluarkan  dan ambil gambar-gambar untuk mengabadikan tempat itu. Saya ambil juga gambar batu yang katanya kalau ambil gambar batu itu itu tidak akan pernah jadi, dan terkadang kameranya bisa rusak.
Dirasakan sudah  cukup untuk tinggal di sana, mang Toto menyuruh kami berkemas untuk segera meninggakan tempat itu. Akhirnya kami semua pulang, dan saya puas dengan perjalanan ini. Karena saya jarang sekali melakukan perjalanan  mendaki gunung. Yang lainnya saya tidak terlalu fikirkan, terutama soal ilmu yang diberikan mang Toto kepada saya.
Dalam Perjalanan pulang ada yang aneh pada teman-teman  saya. Terutama orang  Limbangan semua mengatakan sehabis dari Linggaratu penampilan saya jadi beda. Saya tidak tahu apakah ini benar atau mereka hanya bercanda.
Dan dari perjalanan inilah masalah buat saya muncul. Saya mengalami  banyak  perjalanan di alam gaib, ada juga yang mengatakan saya gila, ada juga yang mengatakan mempunyai ilmu sesat, ada juga yang mengatakan saya belajar ilmu tak kesampaian.Tapi itulah yang saya alami insya Alloh akan saya curahkan semua pada blog ini.
Bersambung……..!
 

Sabtu, 14 Juli 2012

Menulis di blog dapat bayaran bersama shvoong



Bila kita gemar menulis atau review tulisan-tulisam (buku), jangan biarkan tulisan-tulisan agan menumpuk di rak. Tulislah di blog dan  daftarlah ke shvoong. Di sana kita bisa berbagi pengetahuan. Disamping kita bisa memberikan informasi kepada dunia kita juga bisa mendapatkan informasi tulisan-tulisan yang akan menambah wawasan pengetahuan kita. Dan lebihnya kita juga bisa mendapat bayaran dari tulisan yang dikirim ke sana.
Untuk daftar bisa klik di sini saja gan

Shvoong  secara Otomatis memberikan kita Backlink dan Traffic untuk Artikel Blog Kita. Ketentuannya kita hanya menulis Ringkasan Artikel kita atau orang lain yang kita review.  Apabila pengunjung penasaran untuk baca artikel sepenuhnya maka mereka akan menuju blog kita, nantik kita akan diberikan tempat Pasang Link untuk Sumber Artikel Tersebut.
Kita dan Shvoong berbagai,
1. Shvoong berbagi. Perpustakaan Shvoong adalah terbuka yang bisa diakses semua orang untuk menambah pengetahuan baru, atau memperoleh informasi pendahuluan tentang sesuatu sebelum memutuskan membeli.
2. Kita berbagi. Konten Shvoong kita isi dan ambilkan dari bahan postingan di blog kita atau dari sumber lain. Tidak boleh nyontek habis! Kalau ide sedang mampet boleh juga meringkas posting/tulisan orang lain. Jangan lupa mencantumkan sumber asal posting. Shvoong jadi ajang mengiklankan tulisan orang lain? Mending mengiklankan posting sendiri ya ‘kan, kecuali kita benar-benar sedang kepepet.
3. Giliran Shvoong yang berbagi. Kita berkontribusi mengisi dan melengkapi perpustakaan Shvoong. Tidak boleh tulisan baru, hanya tulisan singkat berupa review, abstrak, rangkuman, dst., dari produk yang sudah ada seperti buku, film, karya ilmiah, website, dll.  Tulisan dikelompokkan ke kategori dan subkategori yang telah ditentukan.
Itung-itungan-1. Ini urusan yang paling menarik dan ditunggu-tunggu! Shvoong membagikan 10% duit hasil iklan selama sebulan kepada seluruh kontributor tulisan di bulan tersebut. Kayak gajian ‘aja. Bagaimana cara itung-itungannya?
Besar imbalan ditentukan mekanisme pasar.  Maksudnya begini. Misalkan 10% pendapatan iklan Shvoong dalam sebulan = X dolar. Jumlah pengunjung total di bulan itu misalkan = Y orang.  Jadi nilai satuan adalah [X/Y] dolar per pengunjung. “Honor” kita = [Total pengunjung ke postingan kita] x [X/Y].  Cuma itu, sederhana sekali ya. Langsung dibayarkan kalau jumlah sudah mencapai $10.
Jadi kalau jumlah pengunjung sedikit jangan kaget kalau dapatnya masih ‘sen‘. Selain itu nilai [X/Y] dari bulan ke bulan juga tidak tetap, selalu berubah-ubah karena jumlah pemasang iklan [X] dan jumlah pengunjung [Y] juga berubah. Tidak heran Shvoong menganjurkan kita membuat tulisan sebanyak-banyaknya agar jumlah pengunjung ke postingan kita meningkat. Oh, ‘gitu.
Kesimpulannya, besar imbalan 1 tulisan yang berhasil menarik 1.000 kunjungan sama dengan 20 tulisan dengan rata-rata 50 kunjungan. Mending mana? Sedikit saja tetapi mantap isinya, iya ‘kan.
Itung-itungan-2. Pemasukan kita yang lain dari Shvoong adalah dari afiliasi.
Kita bisa mengundang teman untuk bergabung di sini dan kita juga akan medapatkan imbalan dari hasil undangn ini.
Peraturannya seperti ini.
  1. Teman yang Diundang harus belum pernah terdaftar di Situs ini sebelumnya.
  2. Jika Teman yang Diundang mendaftarkan diri ke Situs dan memberikan Ringkasan, maka Pengundang akan mendapatkan uang sejumlah Komisi yang diterima Teman yang Diundang, maksimum $100.
Shvoong.com berhak untuk menahan pembayaran kepada Pengundang, jika Teman yang Diundang melanggar Syarat-Syarat Utama.

Tunggu apalagi bergabung dan daftarkan segera, untuk daftar klik sini saja gan

--Abu Hai---

Jumat, 13 Juli 2012

PERSIB Kalah Sama PERSIBA Balikpapan Temanku Hampir Mati


PERSIB Kalah Sama PERSIBA  Temanku Hampir Mati
Oleh Abu SAwawa

Saya dan teman saya sedang merantau di kepulauan Flores  Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di kota Ende. Kota ini merupakan salah satu saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dimana kita telah mengetahui bahwa kota Ende pernah menjadi tempat pengasingan presiden pertama Soekarno. Beliau  ketika itu diasingkan oleh penjajah bangsa Indenesia,  Belanda.
Sore itu ada pertandingan sepak bola antara PERSIB dan PERSIBA Balikpapan yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun TV Swasta. Karena PERSIB merupakan klub favorit kami, meskipun kami ada di perantauan kami selalu memaksakan diri untuk nonton  Nonton di rumah tetangga yang lumayan cukup jauh dari tempat kost kami bukanlah suatu masalah bagi kami.
Kebetulan tetangga saya yang  di Flores ini menyukai PERSIB juga. Jadi kalau ada pertandingan PERSIB mereka selalu menontonya.  Pada waktu keduduka n skore 2-2 teman saya masih bisa bercanda dengan teman  yang lainnya , yang menjagokan PERSIBA.  Ketika itu  babak kedua tinggal sedikit lagi teman saya sangat mengharapkan PERSIB bisa cetak gol yang ketiga untuk menundukan Lawannya. Tetapi keinginan tinggal keinginan ternyata malah terbalik lawan yang  duluan menjebol gawang PERSIB. 
Kedudukan 2-3 untuk PERSIBA sedangkan waktu hanya menit tambahan yang tersisia. Teman saya kelihatan tegang , mungkin dia sangat menginginkan sekali PERSIB menang atau paling tidak DRAW. Ternyata sampai peluit panjang kedudukan tidak berubah .
Saya langsung ke luar dengan menelan kekecewaan atas kekalahan PERSIB ini. Saya tidak langsung pulang, tapi duduk dulu di depan teras rumah sambil tunggu teman saya keluar. Tapi teman saya tidak keluar-keluar,  malah yang keluar ibu yang punya rumah dengan muka seperti  shok.
“Aa, itu teman di dalam tidak bisa bangun!” Dia berkata pada saya.
Saya langsung berdiri, setengah kaget. “Kenapa, bu?”
“Saya tidak tahu, dia tidak bisa bangun dan muka seperti tidak ada darah. Dia terus pegang dada sebelah kanan”.    
Kemudian si ibu masuk lagi ke dalam rumah, saya pun lari mengikutinya. Di dalam teman saya tergeletak dan duduk disampinya anaknya si ibu sambil memegangi tangan teman saya.  Saya hampiri dia dan saya bertanya.
“Kenapa tus?”
“Dada sakit, A.!” dia menjawab hampir tidak kedengaran suaranya.  
Saya perhatikan mukanya memang kelihatan mukanya seperti tidak ada darah lagi. Kemudian saya pegang tangannya dan saya pijit daerah refeksi di tangannya. Ketika saya pijat di sela ibu jari dan telunjuk dia berteriak. Saya teruskan memijitnya dia berteriak lagi.
“Bagaimana sekarang  dada rasanya?”
“Agak sedikit ringan, A? dia menjawab.
Kemudian saya minta air putih pada yang punya rumah, dan  air yang di dalam gelas itu saya berikan doa  sebisanya   kemudian  diminumkan kepada Atus, teman saya ini.  Setelah  meminumnya  alhamdulilah ada perubahan,  mukanya mulai berwarna lagi tapi dia belum bisa bangun.  Sambil menunggu dia bisa bangun saya keluar dulu, apalagi di dalam udara terasa panas, mungkin pengaruh banyak orang yang ada di ruangan itu saya keluar dan duduk di teras.
Beberapa saat kemudian ribut lagi di dalam, katanya temann saya kumat lagi. Saya lari ke dalam dan kelihatan dia  memegang dada sebelah kanan kali ini seperti lebih parah lagi.  Saya duduk di sampinganya sambil memegang tangan yang tadi saya pijit. Saya perhatikan teman saya ini beda seperti biasanya , dia seperti kehilangan kesadaran. Seperti  ada pengaruh lain selain peyakitnya  tadi.   Matannya merah, nafasnya seperti mau habis. Seperti orang yang sedang mengalami akhir-akhir hidupnya. Saya jadi panik juga menyaksikan kejadian seperti ini.
Tak berselang lama datanglah ustad, ketika kejadian itu rupanya anak yang punya rumah langsung memanggil ustad,  karena mereka khawatir teman saya diganggu suanggi(hantu). Suanggi adalah sejenis hantu yang kalau dijiwa teluh atau santet.
Kemudian Ustad  itu meminta bawang merah denga minyak. Ustad ini memang sudah biasa mengurusi orang yang diganggu suanggi.  Kemudian bawang merah yang sudah diiris tipis dan ducamput dengan minyak dibalurkan ke sekujur tubuh teman saya termasuk di kepalanya.
Cukup lama kami menunggu teman saya pulih lagi fikirannya. Mungkin sekitar 2 jam dia baru sadar.  Dia bisa duduk dan bersandar di tembok.
“Alhamdulilah….!” Kami semua mengucapkan syukur karena teman saya sudah bisa sadar lagi. Dia sekarang sudah mengenali siapa saja yang ada di ruangan itu. Legalah perasaan saya, saya berfikir kalau tidak bisa ditolong akan lebih ribet lagi sementara kami sedang jauh dari keluarga.
Kegembiraan kami dikejutkan lagi dengan keributan di luar.  Tetangga rumah dimana kami berkumpul katanya kesurupan kena suanggi. Ustad kemudian keluar dan menuju rumah tetangga yang kesusupan. Begitu juga sebagian besar yang hadir di sini keluar menuju rumah yang kesurupan itu. Cuma saya dan teman saya ditambah ibu yang punya rumah yang tidak ikut pergi.
Kemudian saya dan teman saya pamit kepada tuan rumah dan minta maaf atas apa yang telah terjadi.
“Besok-besok kalau ada persib main lagi jangan nonton di sini lagi, ya. Saya khawatir persib kalah lagi aa  mati di sini.”
Ibu yang punya rumah berkata sambil bercanda kepada teman saya, yang masih kelihatan letih. Kami  hanya tersenyum karena tau Ibu ini hanya bergurau sambil  menggoda teman saya.
Akhirnya kami  pulang ke kamar kontrakan  kami, sedangkan ustadz yang  tadi mengobati sibuk lagi urus yang kesurupan.
Sungguh Pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Selama menonton pertandingan persib baru kali ini saya merasa ketakutan yang luar biasa. Takut teman saya meninggal di perantauan. Alhamdulilah Alloh SWT masih memberikan umur pada teman saya ini.
Flores menjadi saksi sejarah seorang suporter PERSIB  hampir meninggal gara-gara PERSIB kalah lawan PERSIBA BALIKPAPAN.